PEnGABDIAN
TANPA BATAS
Awal dimulai pengabdian sebagai PNS pada tahun 2005 sebagai
pelaksana teknis peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Banyak cerita, suka dan duka yang di alami
dalam membina peternak terutama peternak sapi yang telah disebar setahun
sebelum bertugas.
Kondisi ternak sapi yang malnutrisi dan kondisi kelompok yang
belum terbina dengan baik yang harus ditanggulangi. Langkah awal yang dilakukan
adalah pendekatan pada kelompok peternak yang sudah ada sebelumnya. Melakukan identifikasi masalah yang ada di
kelompok-kelompok peternak. Banyak
kasus-kasus yang ditemukan yang tidak terbayangkan sebelumnya, berbekal ilmu
peternakan yang masih sebatas teori mulai di aflikasikan, ternyata tidak semua
teori sesuai dengan kenyataan. Kemudian dituntut juga melakukan pelayanan
kesehatan hewan walaupun bukan ilmu yang dipelajari sebelumnya, karena
ketiadaan medic veteriner saat itu.
Tertantang juga membaca banyak literatur baik ilmu peternakan maupun
kesehatan hewan dan langsung mengaflikasikanya. Akhirnya papun dilakukan untuk
keberhasilan program peternakan yang sudah ada.
Alhamdulillah pelan-pelan mulai ada perubahan,
kelompok-kelompok peternak sapi yang tetap ingin maju terbentuk dan masih
bertahan sampai saat ini, seperti kelompok Sabilulungan, Cinineung maju dan Suka
maju. Banyak program-program yang
dilakukan saat itu diantaranya :
1. Pesta patok
Pesta patok istilah bagi kegitan
pengumpulan ternak dan peternaknya di satu lokasi/lapangan dan dibuat patok-patok untuk
mengikat ternaknya. Pesta patok bermanfaat untuk recording ternak, pelaksanaan
IB, PKB, pelayanan kesehatan hewan dan sosialisai ilmu pengetahuan peternakan
serta dinamika kelompok. Program ini
sangat efektif dilakukan untuk pengelolaan peternakan rakyat.
2. Kunjungan langsung ke peternak
Transfer ilmu dan
teknologi peternakan kepada peternak secara langsung “door to door” juga
sangat efektif, permasalahan yang dialami peternak dapat dicari solusinya saat
itu juga. Peternak dapat berkonsultasi
atau diskusi dengan petugas mengenai ternak maupun kelompoknya serta ajang
menjalin keakraban antara petugas peternakan dengan peternak yang dibinanya.
3. Bimbingan Teknis
pada kelompok peternak
Bimbingan teknis
dilakukan dengan mengumpulkan seluruh anggota kelompok peternak kemudian
diberikan teori dan praktek ilmu peternakan serta diskuskusi kelompok dan
pembinaan kelembagaan.
Tiga pilar ini yang menjadi pegangan selama melakukan
pembinaan peternakan rakyat di Cileles saat itu dan di UPTD Peternakan Wilayah
III saat ini.
Tahun 2006 akhir mulai pindah tugas ke UPTD
Peternakan Sapi. Saat itu focus di usaha peternakan di Kp julat Desa Muaradua
Kecamatan Cikulur. Berbekal ilmu dan pengalaman dalam mengelola peternakan rakyat
sebelumnya mulailah di aflikasikan pada usaha peternakan perbibitan sapi. Lokasi ini ternyata lebih kompleks
masalahnya, semua kasus-kasus mengenai budidaya sapi ditemukan disini. Mulai
dari managemen pakan, perkawinan ternak, penanganan selama kebuntingan, proses
kelahiran ternak, penanganan induk dan pedet pasca melahirkan, serta penangan
penyakit yang muncul selama pemeliharaan.
Syukur Alhamdulillah banyak ilmu peternakan yang diperoleh selama
bertugas di lokasi ini.
Selama bertugas di usaha peternakan julat ada beberapa kasus
yg sering ditemukan yaitu : distokia, prolapsus, diare pada pedet, patah kaki
dan lumpuh pedet setelah lahir. Alhamdulillah masalah seperti ini bisa
ditangani dengan baik.
Tahun 2008, Dinas peternakan mulai berpisah
dengan Dinas Pertanian, terbentuklah UPTD Peternakan Wilayah III yang mencakup
kecamatan Warunggunung, Cikulur, Cileles dan Banjarsari. Tugas kembali membina peternakan rakyat.
Mulai bergerak dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di wilayah UPTD
Peternakan Wilayah III serta melihat potensi pengembangan ternak. Kebetulan
saat itu ada program swasembada daging sapi-kerbau dari Kementerian Pertanian
RI dengan capaian target tahun 2014. Setelah diidentifikasi ternyata ada 2
kecamatan yang berpotensi untuk pengembangan kerbau, yaitu Kecamatan Cikulur
dan Kecamatan Cileles. Namun
pengembangan budidaya kerbau di dua kecamatan ini memiliki permasalaha yaitu ;
a). tergesernya fungsi kerbau sebagai ternak kerja karena adanya mekanisasi
pertanian, b). Alih fungsi lahan hijauan makanan ternak menjadi pemukiman dan
perkebunan, c). Tingginya pencurian ternak.
Langkah awal yang dilakukan adalah pendekatan langsung pada
peternak kerbau di lokasi yang padat populasi.
Peternak mulai diajak diskusi dan musyawarah untuk membentuk kelompok
peternak kerbau, maka terbentuklah 11 kelompok peternak kerbau. Kecamatan
Cikulur 3 kelompok dan Kecamatan Cileles 8 kelompok. Yaitu :
1.
Kecamatan
Cikulur
a. Kelompok Makmur Sejahtera
b. Kelompok Semangat Jaya
c. Kelompok Sumber Alam
2.
Kecamatan
Cileles
a. Kelompok Aliraja Sejahtera
b. Kelompok Ratu Galuh
c. Kelompok Brahma
d. Kelompok Harapan Makmur
e. Kelompok Gotongroyong
f.
Kelompok
Mukti Jaya
g. Kelompok Munding Raksa
h. Kelompok Harapan Mekar
Kebetulan ada program perbibitan kerbau dari Kementerian
Pertanian RI, maka dijaringlah kelompok yang sudah dibentuk diatas dan terpilih
9 kelompok perbibitan, Tiga kelompok di Kecamatan Cikulur dan 6 kelompok di
Kecamatan Cileles. Kemudian tahun 2015 ada program Dirjen peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI yaitu Program sekolah/Sentra
Peternakan Rakyat (SPR) dan terpilih Kecamatan Cikulur sebagai lokasi SPR mulai
tahun 2015.
RENCANA DAN HARAPAN UPTD
PETERNAKAN WILAYAH III UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK
Semangat peternak dalam budidaya ternak di wilayah binaan
UPTD Peternakan Wilayah III masih tinggi.
Semangat ini akan dipupuk terus supaya tidak kendor melihat tantangan
yang di hadapi. Apalagi melihat tantangan beternak yang sangat kompleks. Sehingga UPTD Peternakan Wilayah III membuat
target yang bisa meningkatkan pendapatan peternak. Adapun target dari UPTD
Peternakan Wilayah III adalah :
1. A. Pemanfaatan
limbah ternak untuk meningkatkan pendapatan peternak
Limbah ternak terutama feses sudah menjadi masalah yang
serius bagi peternak, hal ini disebabkan terjadinya pencemaran lingkungan,
seperti bau dan lalat. Agar limbah tidak
menjadi masalah bahkan menjadi sumber pendapatan peternak, maka UPTD Peternakan
Wilayah III mencoba melakukan pengolahan limbah bersama kelompok peternak. Target kegiatan ini direncanakan dilaksanakan
di beberapa kelompok di kecamatan Cikulur. Pengolahan limbah yang akan
dilakukan adalah pembuatan pupuk organic, bio urin dan Bio gas.
Feses ternak akan dibuat menjaadi bio gas, kemudian feses
hasil keluaran dari bio gas akan dijadikan pupuk organic. Pupuk organik akan
dibuat berbentuk granul dan dikemas, sementara urinya akan diolah menjadi bio
urin yang dapat dimanfaatkan juga untuk menyuburkan tanaman.
Produk-produk ini akan diberi label/ merk atas nama kelompok
peternak dan dipasarkan. Hasil pengolaha limbah ini diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan peternak. Sehingga beternak menjadi usaha pokok dan
yang lebih utama dapat meningkatkan tarap hidup peternak.
2.B.
Pengolahan
kulit ternak
Hari-hari besar keagaman terutama idul fitri maupun idul adha
terjadi pemotongan ternak yang sangat tinggi baik ternak ruminansia besar
maupun kecil. Akibat dari pemotongan ini banyak kulit ternak yang tersedia.
Kulit ternak biasanya dijual dengan harga yang murah. Kesempatan ini harus
ditangkap sebagai peluang usaha bagi kelompok ternak.
Kulit-kulit ternak ini akan diolah menjadi bahan jadi yang
tentu harga jualnya akan lebih mahal. Bisa diolah menjadi kerupuk kulit, bahan
pakaian baik bahan jaket maupun bahan sepatu, tas dan dompet. Tentu hal ini
bisa meningkatkan pendapatan peternak sehingga semangat beternak tetapa terjaga
bahkan meningkat.
3. C. Pengolahan
Daging Ternak
Pengolahan daging akan dilakukan setelah usaha kelompok
berkembang. Kelompok peternak sudah memiliki modal yang cukup untuk mengolah
daging dengan skala industri kecil. Pengolahan daging ternak yang akan
dilakukan adalan membuat abon, rendang yang dikemas dalam kaleng.
4. D. Pembentukan
Koperas Peternak
Koperasi cukup baik dalam mengelola
usaha kelompok peternak. Koperasi akan berfungsi sebagai tempat simpan pinjam
bagi peternak. Koperasi juga dapat berfungsi sebagai tempat memasarkan produk
peternak. Sehingga dalam pengelolaan usaha peternak lebih mudah dan kelompok
peternak bisa menentukan nilai yang sesuai tanpa dimonopoli oleh pedagang ternak.
Semoga rencana dan harapan ini dapat tercapai walaupun
kewenangan UPTD Peternakan terbatas. (Jamaluddin ZA, SPt_Ka UPTD Peternakan Wilayah III)
asalamualaikum kang apakah saya bisa meminta kontak akang? saya mahasiswa dari institut pertanian bogor
ReplyDelete