Wednesday, 29 June 2016

PENGABDIAN TANPA BATAS

PEnGABDIAN TANPA BATAS


              Awal dimulai pengabdian sebagai PNS pada tahun 2005 sebagai pelaksana teknis peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Propinsi Banten.  Banyak cerita, suka dan duka yang di alami dalam membina peternak terutama peternak sapi yang telah disebar setahun sebelum bertugas.
Kondisi ternak sapi yang malnutrisi dan kondisi kelompok yang belum terbina dengan baik yang harus ditanggulangi. Langkah awal yang dilakukan adalah pendekatan pada kelompok peternak yang sudah ada sebelumnya.  Melakukan identifikasi masalah yang ada di kelompok-kelompok peternak.  Banyak kasus-kasus yang ditemukan yang tidak terbayangkan sebelumnya, berbekal ilmu peternakan yang masih sebatas teori mulai di aflikasikan, ternyata tidak semua teori sesuai dengan kenyataan. Kemudian dituntut juga melakukan pelayanan kesehatan hewan walaupun bukan ilmu yang dipelajari sebelumnya, karena ketiadaan medic veteriner saat itu.  Tertantang juga membaca banyak literatur baik ilmu peternakan maupun kesehatan hewan dan langsung mengaflikasikanya. Akhirnya papun dilakukan untuk keberhasilan program peternakan yang sudah ada.
Alhamdulillah pelan-pelan mulai ada perubahan, kelompok-kelompok peternak sapi yang tetap ingin maju terbentuk dan masih bertahan sampai saat ini, seperti kelompok Sabilulungan, Cinineung maju dan Suka maju.  Banyak program-program yang dilakukan saat itu diantaranya :

1.   Pesta patok
Pesta patok istilah bagi kegitan pengumpulan ternak dan peternaknya di satu lokasi/lapangan dan dibuat patok-patok untuk mengikat ternaknya. Pesta patok bermanfaat untuk recording ternak, pelaksanaan IB, PKB, pelayanan kesehatan hewan dan sosialisai ilmu pengetahuan peternakan serta dinamika kelompok.  Program ini sangat efektif dilakukan untuk pengelolaan peternakan rakyat.











2. Kunjungan langsung ke peternak
     Transfer ilmu dan teknologi peternakan kepada peternak secara langsung “door to door”    juga sangat efektif, permasalahan yang dialami peternak dapat dicari solusinya saat itu juga.  Peternak dapat berkonsultasi atau diskusi dengan petugas mengenai ternak maupun kelompoknya serta ajang menjalin keakraban antara petugas peternakan dengan peternak yang dibinanya.
                                 

            

3.  Bimbingan Teknis pada kelompok peternak
     Bimbingan teknis dilakukan dengan mengumpulkan seluruh anggota kelompok peternak kemudian diberikan teori dan praktek ilmu peternakan serta diskuskusi kelompok dan pembinaan kelembagaan.


  

        Tiga pilar ini yang menjadi pegangan selama melakukan pembinaan peternakan rakyat di Cileles saat itu dan di UPTD Peternakan Wilayah III saat ini. 

     Tahun 2006 akhir mulai pindah tugas ke UPTD Peternakan Sapi. Saat itu focus di usaha peternakan di Kp julat Desa Muaradua Kecamatan Cikulur. Berbekal ilmu dan pengalaman dalam mengelola peternakan rakyat sebelumnya mulailah di aflikasikan pada usaha peternakan perbibitan sapi.  Lokasi ini ternyata lebih kompleks masalahnya, semua kasus-kasus mengenai budidaya sapi ditemukan disini. Mulai dari managemen pakan, perkawinan ternak, penanganan selama kebuntingan, proses kelahiran ternak, penanganan induk dan pedet pasca melahirkan, serta penangan penyakit yang muncul selama pemeliharaan.  Syukur Alhamdulillah banyak ilmu peternakan yang diperoleh selama bertugas di lokasi ini.
     Selama bertugas di usaha peternakan julat ada beberapa kasus yg sering ditemukan yaitu : distokia, prolapsus, diare pada pedet, patah kaki dan lumpuh pedet setelah lahir. Alhamdulillah masalah seperti ini bisa ditangani dengan baik.

       Tahun 2008, Dinas peternakan mulai berpisah dengan Dinas Pertanian, terbentuklah UPTD Peternakan Wilayah III yang mencakup kecamatan Warunggunung, Cikulur, Cileles dan Banjarsari.  Tugas kembali membina peternakan rakyat. Mulai bergerak dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di wilayah UPTD Peternakan Wilayah III serta melihat potensi pengembangan ternak. Kebetulan saat itu ada program swasembada daging sapi-kerbau dari Kementerian Pertanian RI dengan capaian target tahun 2014. Setelah diidentifikasi ternyata ada 2 kecamatan yang berpotensi untuk pengembangan kerbau, yaitu Kecamatan Cikulur dan Kecamatan Cileles.  Namun pengembangan budidaya kerbau di dua kecamatan ini memiliki permasalaha yaitu ; a). tergesernya fungsi kerbau sebagai ternak kerja karena adanya mekanisasi pertanian, b). Alih fungsi lahan hijauan makanan ternak menjadi pemukiman dan perkebunan, c). Tingginya pencurian ternak.
         Langkah awal yang dilakukan adalah pendekatan langsung pada peternak kerbau di lokasi yang padat populasi.  Peternak mulai diajak diskusi dan musyawarah untuk membentuk kelompok peternak kerbau, maka terbentuklah 11 kelompok peternak kerbau. Kecamatan Cikulur 3 kelompok dan Kecamatan Cileles 8 kelompok. Yaitu :
1.      Kecamatan Cikulur
a.      Kelompok Makmur Sejahtera
b.      Kelompok Semangat Jaya
c.       Kelompok Sumber Alam
2.      Kecamatan Cileles
a.      Kelompok Aliraja Sejahtera
b.      Kelompok Ratu Galuh
c.       Kelompok Brahma
d.      Kelompok Harapan Makmur
e.      Kelompok Gotongroyong
f.        Kelompok Mukti Jaya
g.      Kelompok Munding Raksa
h.      Kelompok Harapan Mekar
      Kebetulan ada program perbibitan kerbau dari Kementerian Pertanian RI, maka dijaringlah kelompok yang sudah dibentuk diatas dan terpilih 9 kelompok perbibitan, Tiga kelompok di Kecamatan Cikulur dan 6 kelompok di Kecamatan Cileles. Kemudian tahun 2015 ada program Dirjen peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI yaitu Program sekolah/Sentra Peternakan Rakyat (SPR) dan terpilih Kecamatan Cikulur sebagai lokasi SPR mulai tahun 2015.


RENCANA DAN HARAPAN UPTD PETERNAKAN WILAYAH III UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK

       Semangat peternak dalam budidaya ternak di wilayah binaan UPTD Peternakan Wilayah III masih tinggi.  Semangat ini akan dipupuk terus supaya tidak kendor melihat tantangan yang di hadapi. Apalagi melihat tantangan beternak yang sangat kompleks.  Sehingga UPTD Peternakan Wilayah III membuat target yang bisa meningkatkan pendapatan peternak. Adapun target dari UPTD Peternakan Wilayah III adalah :

1.    A.  Pemanfaatan limbah ternak untuk meningkatkan pendapatan peternak
      Limbah ternak terutama feses sudah menjadi masalah yang serius bagi peternak, hal ini disebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, seperti bau dan lalat.  Agar limbah tidak menjadi masalah bahkan menjadi sumber pendapatan peternak, maka UPTD Peternakan Wilayah III mencoba melakukan pengolahan limbah bersama kelompok peternak.  Target kegiatan ini direncanakan dilaksanakan di beberapa kelompok di kecamatan Cikulur. Pengolahan limbah yang akan dilakukan adalah pembuatan pupuk organic, bio urin dan Bio gas.
      Feses ternak akan dibuat menjaadi bio gas, kemudian feses hasil keluaran dari bio gas akan dijadikan pupuk organic. Pupuk organik akan dibuat berbentuk granul dan dikemas, sementara urinya akan diolah menjadi bio urin yang dapat dimanfaatkan juga untuk menyuburkan tanaman.
Produk-produk ini akan diberi label/ merk atas nama kelompok peternak dan dipasarkan. Hasil pengolaha limbah ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak. Sehingga beternak menjadi usaha pokok dan yang lebih utama dapat meningkatkan tarap hidup peternak.

2.B.      Pengolahan kulit ternak
      Hari-hari besar keagaman terutama idul fitri maupun idul adha terjadi pemotongan ternak yang sangat tinggi baik ternak ruminansia besar maupun kecil. Akibat dari pemotongan ini banyak kulit ternak yang tersedia. Kulit ternak biasanya dijual dengan harga yang murah. Kesempatan ini harus ditangkap sebagai peluang usaha bagi kelompok ternak.
Kulit-kulit ternak ini akan diolah menjadi bahan jadi yang tentu harga jualnya akan lebih mahal. Bisa diolah menjadi kerupuk kulit, bahan pakaian baik bahan jaket maupun bahan sepatu, tas dan dompet. Tentu hal ini bisa meningkatkan pendapatan peternak sehingga semangat beternak tetapa terjaga bahkan meningkat.

3. C.  Pengolahan Daging Ternak
       Pengolahan daging akan dilakukan setelah usaha kelompok berkembang. Kelompok peternak sudah memiliki modal yang cukup untuk mengolah daging dengan skala industri kecil. Pengolahan daging ternak yang akan dilakukan adalan membuat abon, rendang yang dikemas dalam kaleng.

4. D.     Pembentukan Koperas Peternak
       Koperasi cukup baik dalam mengelola usaha kelompok peternak. Koperasi akan berfungsi sebagai tempat simpan pinjam bagi peternak. Koperasi juga dapat berfungsi sebagai tempat memasarkan produk peternak. Sehingga dalam pengelolaan usaha peternak lebih mudah dan kelompok peternak bisa menentukan nilai yang sesuai tanpa dimonopoli oleh pedagang ternak.
Semoga rencana dan harapan ini dapat tercapai walaupun kewenangan UPTD Peternakan terbatas. (Jamaluddin ZA, SPt_Ka UPTD Peternakan Wilayah III)



1 comment:

  1. asalamualaikum kang apakah saya bisa meminta kontak akang? saya mahasiswa dari institut pertanian bogor

    ReplyDelete