LEGUMINOSA SEBAGAI
SUMBER PROTEIN
PADA PAKAN TERNAK
PADA PAKAN TERNAK
Oleh : Jamaluddin ZA,
SPt. (Kasi Budidaya Peternakan Dinas Peternakan Kab. Lebak)
Protein merupakan salah satu poin
utama dalam perhitungan formulasi ransum ternak. Protein sangat berpengaruh
dalam pertumbuhan ternak terutama dalam pembentukan otot pada tubuh ternak. Pakan konsentrat dengan nilai protein yang
tinggi akan lebih mahal harganya. Sumber
protein yang mudah diperoleh dan tidak terlalu mahal adalah leguminosa. Leguminosa
(polong-polongan) memiliki jumlah protein kasar yang tinggi, sehingga apabila
dalam pemberian pakan ternak dicampur dengan leguminosa dapat meningkatkan
persentasi protein. Leguminosa ada yang
merambat ada juga yang berbentuk pohon. Berikut ini Jenis-jenis leguminosa yang
mudah di budidayakan di Indonesia :
A. Lamtoro (Leucaena
leucocephala)
Lamtoro Banyak tumbuh di wilayah
indonesia, biasanya masyarakat Indonesia sering memanfaatkan bijinya untuk di
makan baik langsung maupun dimasak. Sementara daunya belum banyak dimanfaatkan.
Lamtoro tanaman yang berbentuk pohon, batangnya berwarna coklat, memiliki daun
majemuk, daunya kecil berjejer pada tangkai daun. Memiliki buah berbentuk
polong yang tersusun dari beberapa biji. Tanaman ini bisa hidup mulai dari
dataran rendah sampai dataran tinggi. Perkembangbiakanya dengan biji. Daun
lamtoro memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik, memiliki protein kasar 25,80
%(Kushartono, B. Dan Iriani, N.,2004).
Daun lamtoro sangat baik diberikan sebagai campura pakan ternak baik
ruminansia maupun ternak unggas.
B. Kelor (moringa Oleifera)
Kelor biasanya banyak ditanam sebagai
pagar pembatas lahan karena tanaman ini sangat mudah tumbuh. Perkembangbiakanya
bisa dengan stek maupun dengan biji. Kelor merupakan tanaman berbentuk pohon. Batang
utamanya berbentuk lurus menjulang tinggi
bisa mencapai 12 meter. Cabang
akan banyak tumbuh apabila dilakukan pemotongan pada batang utama. Daun kelor
ukuranya kecil-kecil dan berbentuk bulat lonjong. Memiliki bunga yang berwarna
putih, sedangkan buahnya berbentuk polong dan terisi beberapa biji yang
berjajar. Daun kelor memiliki Protein
kasar 16-29 % (panjaitan, T., 2010), penggunaan sebanyak 60% dari pakan dasar
rumput berpeluang memberikan partambahan bobot badan yang optimal (Muzani, A.
dan Panjaitan, S., 2011). Palatabilitas daun kelor dalam bentuk segar tidak
terlalu baik, perlu perlakuan agar dapat meningkatkan palatabilitas, misalnya
dengan menurunkan kadar air dan dibuat tepung kemudian dijadikan sebagai bahan
baku pembuatan konsentrat.
C. Turi (Sesbania grandiflora)
Turi merupakan tanaman leguminosa
yang berbentuk pohon, tingginya bisa mencapai 12 m. Tangkai daunnya berbentuk seperti jari,
daunya kecil merupakan daun majemuk dan berbaris dengan rapi. Turi memiliki dua
jenis warna bungan yaitu warna putih dan warna merah. Buahnya berbentuk polong
dengan biji berbentuk bulat panjang. Perkembangbiakan bisa dilakukan dengan
biji maupun stek batang. Tanaman ini Lebih subur di daerah yang lembab. Turi
memiliki protein kasar 24 % (Kushartono, B. Dan Iriani, N.,2004). kandungan biomass sangat rendah dan tidak
kuat terhadap pemngkasan berat. Pada musim kemarau Produksi daun turi sangat
rendah sekitar 1,9 kg/pohon/3 bulan.
Musim hujan produksi cukup tinggi sekitar 4,5 kg/pohon/ 2 bulan.
D. Kihujan, Cebreng, Gamal
(gliricidia Sepium)
Gamal merupakan tanaman yang sangat
mudah di jumpai di pedesaan. Taman ini sering dimanfaatkan sebagai pagar
pembatas kebun. Gamal sangat mudah dikembangbiakan, Perkembangbiakanya lebih
mudah dengan stek walaupun bisa dikembangbiakan dengan biji. Tanaman ini tumbuh
dengan baik pada musim hujan maupun kemarau, juga tumbuh dengan baik di dataran
rendah maupun dataran tinggi.
Pemotongan pada batang akan
menumbukan banyak tunas yang dapat meningkatkan produksi daun gamal. Produksi
daun gamal tergantung pada usia, keadaan lingkungan maupun ukuran tanaman. Produksi
daun gamal cukup tinggi sebesar 30 ton/Ha/3 bulan. Daun gamal memiliki Kandungan Protein kasar
yang tinggi yaitu 22,50 % (Kushartono, B. dan Iriani, N.,2004). Gamal juga
tahan terhadap serangan kutu loncat. Palatabilitasnya cukup baik, biasanya
pemberian pertama pada ternak ruminansia langsung dimakan.
E. Centrosema Pubescens
Centrosema pubescen merupakan tanaman leguminosa yang tumbuhnya merambat. Bunganya berbentuk
seperti kupu-kupu. Biasanya tanaman ini dijadikan tanaman penghambat gulma pada
perkebunan karet dan kelapa sawit. Centosema bisa tumbih dengan baik mulai
dataran rendah sampai dataran tinggi.
Perkembangbiakanya melalui biji. Centrosema memiliki nilai nutrisi yang
sangat baik sebagai pakan ternak dan bisa dijadikan tanaman yang digabungkan
dengan rumput penggembalaan. Centrosema dapat memperbaiki struktur tanah.
Kandungan protein kasar dari centrosema adalah 21,63 % (Purwati, dkk. 2013).
Pemberian centrosema sebaiknya maksimal 30 % dari jumlah pakan yang diberikan.
F. Arachis Pintoi
Arachis pintoi tanaman yang mirip
dengan tanaman kacang tanah. Tanaman ini termasuk leguminosa yang dapat
menyuburkan tanaman karena dapat mengambil nitrogen dari udara dan mengubahnya
sehingga bisa dimanfaatkan oleh tanaman yang lain. Tanaman ini juga dapat
menghambat pertumbuhan gulma. Tanaman ini mudah beradaptasi dengan berbagai
tipe tanah dan sangat cepat menutup tanah serta kuat dengan kekeringan. Tanaman
ini tahan terhadap injakan sehingga sangat cocok dikombinasikan dengan rumput
BD maupun BH di lahan penggembalaan untuk meningkatkan nilai nutrisi rumput
penggembalaan. Perkembangbiakanya bisa dengan stek maupun dengan biji. Produksi
arachis pintoi berkiar 15-20 ton/Ha/thn. Protein kasar arachis pintoi sekitar
13-25 % ( Budiman, H. dkk.,1997) dengan kecernaan 60-70%.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, H. dkk.
(1997) Pengembangan tanaman arachis
Sebagai Bahan Pakan Ternak. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor.
Sebagai Bahan Pakan Ternak. Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor.
Kushartono, B. dan
Iriani, N. (2004) Inventarisasi
Keanekaragaman Hijauan
Guna Mendukung Sumber Pakan Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Guna Mendukung Sumber Pakan Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Muzani, A. dan
Panjaitan, S. (2011) Nilai Kelor Sebagai Pakan Ternak Sapi.
BPTP
Balitbangtan. NTB.
Panjaitan, P. (2010) Inovasi Pengembangan Kelor Sebagai Pakan
Ternak Mendukung
Swasembada
Daging Sapi. BPTP
Balitbangtan. NTB.
Rachmansyah, A. dkk. (2012) Kualitas
Hijauan Kacang Pintoi pada Berbagai Panjang stek
dan Dosis
Pupuk Organik. Fakultas
Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.