Wednesday, 11 April 2018


LEGUMINOSA SEBAGAI SUMBER PROTEIN 
PADA PAKAN TERNAK
Oleh : Jamaluddin ZA, SPt. (Kasi Budidaya Peternakan Dinas Peternakan Kab. Lebak)

Protein merupakan salah satu poin utama dalam perhitungan formulasi ransum ternak. Protein sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ternak terutama dalam pembentukan otot pada tubuh ternak.  Pakan konsentrat dengan nilai protein yang tinggi akan lebih mahal harganya.  Sumber protein yang mudah diperoleh dan tidak terlalu mahal adalah leguminosa. Leguminosa (polong-polongan) memiliki jumlah protein kasar yang tinggi, sehingga apabila dalam pemberian pakan ternak dicampur dengan leguminosa dapat meningkatkan persentasi protein.  Leguminosa ada yang merambat ada juga yang berbentuk pohon. Berikut ini Jenis-jenis leguminosa yang mudah di budidayakan di Indonesia :

A.  Lamtoro (Leucaena leucocephala)



Lamtoro Banyak tumbuh di wilayah indonesia, biasanya masyarakat Indonesia sering memanfaatkan bijinya untuk di makan baik langsung maupun dimasak. Sementara daunya belum banyak dimanfaatkan. Lamtoro tanaman yang berbentuk pohon, batangnya berwarna coklat, memiliki daun majemuk, daunya kecil berjejer pada tangkai daun. Memiliki buah berbentuk polong yang tersusun dari beberapa biji. Tanaman ini bisa hidup mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Perkembangbiakanya dengan biji. Daun lamtoro memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik, memiliki protein kasar 25,80 %(Kushartono, B. Dan Iriani, N.,2004).  Daun lamtoro sangat baik diberikan sebagai campura pakan ternak baik ruminansia maupun ternak unggas.

B. Kelor (moringa Oleifera)


Kelor biasanya banyak ditanam sebagai pagar pembatas lahan karena tanaman ini sangat mudah tumbuh. Perkembangbiakanya bisa dengan stek maupun dengan biji. Kelor merupakan tanaman berbentuk pohon. Batang utamanya berbentuk lurus menjulang tinggi  bisa mencapai 12 meter.  Cabang akan banyak tumbuh apabila dilakukan pemotongan pada batang utama. Daun kelor ukuranya kecil-kecil dan berbentuk bulat lonjong. Memiliki bunga yang berwarna putih, sedangkan buahnya berbentuk polong dan terisi beberapa biji yang berjajar.  Daun kelor memiliki Protein kasar 16-29 % (panjaitan, T., 2010), penggunaan sebanyak 60% dari pakan dasar rumput berpeluang memberikan partambahan bobot badan yang optimal (Muzani, A. dan Panjaitan, S., 2011). Palatabilitas daun kelor dalam bentuk segar tidak terlalu baik, perlu perlakuan agar dapat meningkatkan palatabilitas, misalnya dengan menurunkan kadar air dan dibuat tepung kemudian dijadikan sebagai bahan baku pembuatan konsentrat.

C. Turi (Sesbania grandiflora)


Turi merupakan tanaman leguminosa yang berbentuk pohon, tingginya bisa mencapai 12 m.  Tangkai daunnya berbentuk seperti jari, daunya kecil merupakan daun majemuk dan berbaris dengan rapi. Turi memiliki dua jenis warna bungan yaitu warna putih dan warna merah. Buahnya berbentuk polong dengan biji berbentuk bulat panjang. Perkembangbiakan bisa dilakukan dengan biji maupun stek batang. Tanaman ini Lebih subur di daerah yang lembab. Turi memiliki protein kasar 24 % (Kushartono, B. Dan Iriani, N.,2004).  kandungan biomass sangat rendah dan tidak kuat terhadap pemngkasan berat. Pada musim kemarau Produksi daun turi sangat rendah sekitar 1,9 kg/pohon/3 bulan.  Musim hujan produksi cukup tinggi sekitar 4,5 kg/pohon/ 2 bulan.

D. Kihujan, Cebreng, Gamal (gliricidia Sepium)


Gamal merupakan tanaman yang sangat mudah di jumpai di pedesaan. Taman ini sering dimanfaatkan sebagai pagar pembatas kebun. Gamal sangat mudah dikembangbiakan, Perkembangbiakanya lebih mudah dengan stek walaupun bisa dikembangbiakan dengan biji. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada musim hujan maupun kemarau, juga tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Pemotongan pada batang akan menumbukan banyak tunas yang dapat meningkatkan produksi daun gamal. Produksi daun gamal tergantung pada usia, keadaan lingkungan maupun ukuran tanaman. Produksi daun gamal cukup tinggi sebesar 30 ton/Ha/3 bulan.  Daun gamal memiliki Kandungan Protein kasar yang tinggi yaitu 22,50 % (Kushartono, B. dan Iriani, N.,2004). Gamal juga tahan terhadap serangan kutu loncat. Palatabilitasnya cukup baik, biasanya pemberian pertama pada ternak ruminansia langsung dimakan.


E. Centrosema Pubescens


Centrosema pubescen merupakan tanaman leguminosa yang tumbuhnya merambat. Bunganya berbentuk seperti kupu-kupu. Biasanya tanaman ini dijadikan tanaman penghambat gulma pada perkebunan karet dan kelapa sawit. Centosema bisa tumbih dengan baik mulai dataran rendah sampai dataran tinggi.  Perkembangbiakanya melalui biji. Centrosema memiliki nilai nutrisi yang sangat baik sebagai pakan ternak dan bisa dijadikan tanaman yang digabungkan dengan rumput penggembalaan. Centrosema dapat memperbaiki struktur tanah. Kandungan protein kasar dari centrosema adalah 21,63 % (Purwati, dkk. 2013). Pemberian centrosema sebaiknya maksimal 30 % dari jumlah pakan yang diberikan.

F.  Arachis Pintoi


Arachis pintoi tanaman yang mirip dengan tanaman kacang tanah. Tanaman ini termasuk leguminosa yang dapat menyuburkan tanaman karena dapat mengambil nitrogen dari udara dan mengubahnya sehingga bisa dimanfaatkan oleh tanaman yang lain. Tanaman ini juga dapat menghambat pertumbuhan gulma. Tanaman ini mudah beradaptasi dengan berbagai tipe tanah dan sangat cepat menutup tanah serta kuat dengan kekeringan. Tanaman ini tahan terhadap injakan sehingga sangat cocok dikombinasikan dengan rumput BD maupun BH di lahan penggembalaan untuk meningkatkan nilai nutrisi rumput penggembalaan. Perkembangbiakanya bisa dengan stek maupun dengan biji. Produksi arachis pintoi berkiar 15-20 ton/Ha/thn. Protein kasar arachis pintoi sekitar 13-25 % ( Budiman, H. dkk.,1997) dengan kecernaan 60-70%.











DAFTAR PUSTAKA

Budiman, H. dkk. (1997) Pengembangan tanaman arachis 
            Sebagai Bahan Pakan Ternak.  Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor.

Kushartono, B. dan Iriani, N. (2004) Inventarisasi Keanekaragaman Hijauan 
             Guna Mendukung Sumber Pakan Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Muzani, A. dan Panjaitan, S. (2011)  Nilai Kelor Sebagai Pakan Ternak Sapi. BPTP   
            Balitbangtan. NTB.

Panjaitan, P. (2010) Inovasi Pengembangan Kelor Sebagai Pakan Ternak Mendukung  
           Swasembada Daging Sapi. BPTP Balitbangtan. NTB.

Rachmansyah, A. dkk. (2012)  Kualitas Hijauan Kacang Pintoi pada Berbagai Panjang stek   
          dan Dosis Pupuk Organik. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.



No comments:

Post a Comment