PENGAWETAN PAKAN TERNAK
DENGAN PENURUNAN KADAR AIR (HAY)
Oleh : Jamaluddin ZA, S.Pt. ( Kepala UPTD Peternakan
Wilayah III Disnak Kab. Lebak)
Saat produksi hijauan pakan ternak melimpah banyak cara yang
bisa dilakukan untuk mengawetkanya, salah satunya dengan penurunan kadar air
hijauan, seperti pembuatan hay. Hay merupakan salah satu metode
pengawetan hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk kering. Pembuatan hay dilakukan dengan menurunkan
kadar air sampai layak untuk disimpan.
A. Tujuan pembuatan hay
Pengawetan dengan menurunkan kadar air (hay) tentu memiliki tujuan.
Adapun tujuan pembuatan hay adalah :
1. Mengawetkan
kelebihan hijauan pakan ternak (HPT) saat dipanen
2. Persediaan
pakan saat kesulitan mendapatkan pakan misalnya musim kemarau
3. Bisa
melakukan panen HPT pada saat yang bersamaan walaupun produksinya tinggi
4. Bisa
dimanfaatkan sebagai pakan ternak saat di perjalanan walaupun jaraknya jauh
5. Sebagai
sumber penghasilan.
B.
Syarat Hijauan yang Dapat Dibuat Hay
Tidak semua hijauan mudah dibuat menjadi hay. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan agar hay yang dihasilkan sesui dengan yang diharapkan.
Syarat hijauan yang bisa dibuat hay
yaitu :
a. Hijauan
yang bertekstur lunak atau lembut
b. Hijauan
yang ukuranya seragam
c. Hijauan
yang mudah diturunkan kadar airnya
C.
Cara Pembuatan Hay
Agar hay yang
diperoleh sesuai standar yaitu tahan lama dan kandungan nutrisi tidak terjadi
penurunan yang signifikan, maka harus diketahui cara pembuatan hay yang baik. Ada beberapa cara dalam pembuatan hay yaitu :
1.
Pengeringan dilapangan dan pengeringan
memakai lantai jemur
Pengeringan
dilapangan bisa dilakukan ditempat hijauan pakan ternak (HPT) dipanen. HPT yang
dipanen langsunng dihamaparkan dilahan. Agar keringnya merata dilakukan pembolakbalikan hijauan setiap hari.
Pengeringan juga bisa dilalkukan di lantai jemur. Terlebih dahulu lantai jemur
disiapkan, sebaiknya lantai jemur terbuat dari semen, agar pakan tidak mudah
kotor. Biasanya lantai jemur yang terbuat dari semen bisa menyerap panas
sehingga penjemuran pada lantai semen akan lebih cepat kering. hijauan yang
dipanen diangkut ke lokasi lantai jemur. Lantai jemur sebaiknya dekat dengan
gudang pakan. Hal ini berguna jika pada saat penjemuran turun hujan, hijauan
yang dikeringkan bisa disimpan sementara digudang, jika panas kembali muncul
hijauan dijemur kembali.
2.
Pengeringan dilakukan diatas rak.
Sebelum panen rak-rak penjemuran terlebih
dahulu disiapkan. Hijauan pakan ternak
yang
telah dipanen diangkut dari lahan kemudian
di jemur diatas rak-rak. Pada saat
penjemuran hijauan tetap di bolak balik
setiap hari agar keringnya merata.
3.
Pengeringan dilakuan saat hijauan masih berdiri di lahan, seperti tanaman
jagung setelah
dipanen buahnya, batang dan daunya
dibiarkan kering di kebun.
Pengeringan hijauan mengandalkan sinar matahari. Agar hijauan keringnya merata, ketebalan
rumput yang dijemur harus diatur agar lebih cepat kering. Awal pengeringan
hijauan masih melakukan respirasi sampai hijauan kering dan sel-selnya mati. Setelah
kadar air hay mencapai 15-20% maka
dapat dikemas. Pengemasan dapat dilakukan dengan cara dipadatkan atau di press,
Sehingga hay mejadi padat. Hay bisa dibentuk kotak atau persegi
panjang maupun berbentuk bulat. Hay
yang tadinya longgar menjadi sangat rapat sehingga dalam penyimpanan tidak
memakai tempat yang banyak. Setelah di press hay yang berntuk kotak akan diikat
dan disusun di dalam gudang penyimpanan. Sedangkan hay berbentuk bulat biasanya
dibuat dalam ukuran yang besar.
D.
Cara Menentukan Hay yang Baik
Kadar air hay yang
baik adalah 15-20%. Kadar air hay
tidak boleh terlalu tinggi karena saat penyimpanan akan mudah rusak oleh jamur
maupun mikroorganisme yang merugikan. Sedangkan kadar air yang terlalu rendah
akan memudahkan hijauan patah dan kandungan karotin akan hilang. Keadaan hay
yang rapuh mengakibatkan kesulitan dalam pengemasan.
Suhu pada saat pengeringan sangat mempengaruhi hasil dari hay. Terik matahari yang lama akan
menghasilkan kualitas hay yang baik.
Kualitas hay yang baik adalah hay yang dapat mempertahankan kualitas
nutrisi dengan baik dalam waktu yang lama. Walaupun terjadi penurunan nutrisi
tetapi tidak signifikan. Bahan hay yang baik adalah dipanen pada saat
menjelang berbunga, karena protein hijauan pada saat itu memiliki jumlah yang
optimal.
Menentukan
apakah hay yang dihasilkan baik,
dapat dilihat dari kriteria berikut :
1. Warnanya hijau kekuningan
2. Tidak berbau busuk
3. Tidak berjamur
4. Tidak ada titik-titik hitam
5. Teksturnya tidak mudah patah dan hancur.
E. Penyimpanan Hay
Penyimpanan hay juga sangat mempengaruhi kualitas nutrisi pada hay. Penyimpanan harus dilakukan pada
gudang yang tidak lembab. Lembab bisa diakibatkan adanya air yang masuk ke
dalam gudang baik dari atap maupun dari lantai gudang. Mengatasi agar hay tidak lembab dari lantai gudang,
perlu dilakukan pemberian alas dari kayu, sehingga hay tidak langsung ke lantai. Sedangkan dari atas dipastikan agar
atap tidak bocor dan tidak ada rembesan air dari ventilasi udara dari gudang.
Suhu dalam Gudang yang terlalu panas juga dapat merusak hay baik tekstur maupun kandungan nutrisinya.
Agar hay tidak mudah rusak maka suhu
di dalam gudang juga harus bisa bisa diatur. Misalnya dengan adanya ventilasi. Hay harus disusun dengan rapi dan
berlapis lapis sehingga tidak ada ruang tersisa dalam gudang akibat penyusunan
yang salah. Penyusunan yang rapi akan membuat hay dapat diisi lebih banyak.
Semoga dengan adanya informasi teknologi pengawetan pakan
dengan penurunan kadar air dapat menjadi alternatif pengawetan pakan yang
dilakukan peternak pada saat produksi hijauan melimpah.
DAFTAR PUSTAKA
Kartadisastra, H. R.
1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan
Ternak Ruminansia (sapi,
Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius. Yogyakarta
Mansyur, T. dkk.
2007. Proses pengeringan dalam Pembuatan Hay Rumput Signal
(Brachiaria Decumbens).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Moran, J. 1996. Forage
Conservation Making Quality Silage and Hay in Australia. Agemedia.
East Melbourne. Victoria.
McDonald, P. dkk.
2002. Animal Nutrition. Prentice
Hall. United States. Horlow
Prihantoro, I. 2014.
Managemen Pembibitan, Produksi dan
Penyimpanan Hijauan Pakan
Ternak. Presentasi Pelatihan Pakan Ternak. Fakultas
Peternakan IPB. Bogor.
Raksohadiprodjo, S.
1985. Tanaman Hijauan Makanan Ternak
Tropik. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Rankin. M. and D,
Undersander. 2000. Rain Damage to Forange During Hay and Silage
Making. Focus on Forage.
Siregar, S. B. 1994.
Ransum Ternak Ruminansia. PT Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tilman, A. D. dkk.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta
No comments:
Post a Comment