PENGAWETAN PAKAN TERNAK
DENGAN TEKNOLOGI SILASE
Oleh : Jamaluddin ZA,
S.Pt (Kepala UPTD Peternakan Wilayah III Disnak Kab. Lebak)
Silase
adalah salah satu cara pengawetan pakan dalam bentuk segar yang disimpan dalam wadah tertutup (silo) dengan
kondisi an aerob. Tujuan pembuatan silase adalah mempertahankan kualitas
nutrisi pakan dalam waktu yang lama. Jika
produksi hijauan melimpah maka perlu dilakukan pembuatan silase. Karena jika
pakan hijauan yang sudah dipanen disimpan dalam waktu yang lama dan tidak diawetkan
akan mengakibatkan pakan tersebut menjadi busuk, sehingga tidak bisa lagi
dijadikan pakan ternak. Manfaat
pengawetan juga bisa berguna pada musim kemarau yang kesulitan mendapatkan
pakan hijauan. Silase yang telah dibuat pada saat pakan melimpah biasanya pada
musim hujan bisa dimanfaatkan.
Proses
ensilase terjadi dengan terbentuknya asam laktat. Asam laktat terbentuk akibat
fermentasi bakteri an aerob. Peningkatan jumlah asam laktat akan menurunkan
pH. Penurunan pH berlangsung sangat
cepat. Hijauan mempunyai pH sekitar 6, setelah dilakukan silase pH akan turun
menjadi 3,2-4,8. Penurunan pH yang cepat membatasi pemecahan protein dan
menghambat mikroorganisme yang merugikan.
Proses
ensilase harus berjalan dengan baik. Kondisi an aerob harus tetap terjaga agar
silase tidak rusak. Masuknya oksigen ke dalam wadah pembutan silase (silo) dapat
mempengaruhi proses dan hasil yang diperoleh. Peningkatan suhu juga dapat mempengaruhi
proses pembentukan silase dan struktur silase. Pembatasan suhu silase dapat dilakukan dengan
pemanenan tanaman dengan kadar air yang sesuai serta mengatur kepadatan silase.
Pemadatan
silase bermanfaat mengurangi ketersediaan oksigen di dalam silo. Semakin padat semakin baik sehingga proses respirasi
semakin pendek. Silase yang dikelola
dengan baik bisa menghilangkan oksigen selama 5-6 jam. Pembatasan respirasi
dapat dilakukan dengan memotong-motong hijauan baik di chopper maupun manual, melakukan
pelayuan kemudian pemadatan.
Silase bisa disimpan dalam waktu yang
sangat lama asalkan tidak masuk oksigen ke dalam wadah pembuatan silase (silo).
Aroma silase yang baik adalah bau asam dan wangi khas silase. Apabila baunya busuk berarti
silase gagal. Jika oksigen masuk ke dalam silo akan memicu tumbuhnya jamur dan
bakteri yang merugikan yang mengakibatkan bau busuk. Disamping itu oksigen yang
masuk ke dalam silo dapat merusak nilai nutrisi silase. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada
silase, jika diberikan pada ternak bisa mengakibatkan keracunan dan
terganggunya kesehatan ternak.
A. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan silase:
1. Proses Pembuatan
silase
Proses ensilase berlangsung anatara
15-20 hari. Proses ensilase dianggap
berhasil jika pH rendah dan jika gula bisa difermentasi menjadi asam laktat. Awal pembuatan silase kadar air hijauan sekitar
65%. Kadar air ini dapat memudahkan proses fermentasi dan bisa membantu
menghilangkan oksigen selama pengemasan. Pembuatan silase dengan kadar air yg
lebih tinggi (70% atau lebih) bisa meningkatkan asam butirat, N-amonia dan rasa
silase yang tidak begitu asam sehingga menjadi kurang disukai ternak. Sedangkan hijauan dengan kadar air yang
rendah (50% atau lebih rendah) akan berakibat terjadinya silase yang kurang
stabil, asam laktat yang rendah dan pH
lebih tinggi. Hal ini juga
mengakibatkan lebih sulit menghilangkan oksigen dari bahan hiajauan selama
pembuatan dan pengemasan.
Waktu awal pembuatan sialase, oksigen
masih ada dalam partikel tanaman. Oksigen ini dipergunakan untuk respirasi.
Keberadaan oksigen dalam proses ensilase tidak dibutuhkan karena yeast dan
bakteri yang tumbuh mengkonsumsi karbohidrat yang dibutuhkan untuk pembuatan
asam laktat. Oleh karena itu pembuatan silase harus tertutup rapat dan tidak boleh
ada kebocoran. Setelah itu terjadi fase an aerob, fase ini bisa terjadi
beberapa hari tergantung komposisi bahan dan kondisi silase. Kemudian terjadi
fase stabilisasi yaitu fase fermentasi menjadi berkurang secara berlahan,
sehingga tidak terjadi peningkatan dan penurunan pH yang nyata. Apabila sudah
dipanen atau diambil sialase akan kontak langsung dengan oksigen maka terjadi
proses aerob.
2. Bahan yang bisa
dibuat Silase
Bahan yang bisa dibuat silase adalah rumput,
leguminosa maupun biji-bijian yang mengandung banyak karbohidrat. Bahan yang baik dijadikan silase adalah bahan
yang mengandung karbohidrat terlarut (water Soluble Carbohydrates). Faktor yang mempengaruhinya adalah spesis,
fase pertumbuhan, budidaya dan iklim. Saat pemanenan hiajauan juga berpengaruh
terhadap kualitas silase. Pemberian
pupuk urea pada tanaman yang akan di buat silase juga berpengaruh, Pemupukan hijauan
pakan ternak dengan urea yang lebih tinggi biasanya tidak menghasilkan silase
yang lebih baik jika dibandingkan dengan pemupukan urea yang biasa.
3. Inokulasi Bakteri
Bakteri
yang paling banyak pada saat ensilase adalah bakteri asam laktat homofermentatif yang menurunkan pH
dengan cepat. Inokulasi bakteri bertujuan agar memacu pertumbuhan bakteri asam laktat homofermentatif yang
digunakan untuk menghasilkan asam laktat untuk menurunkan pH. Bakteri asam
laktat heterofermentatif bisa digunakan
sebagai inokulum yang ditambahkan dalam pembuatan silase yang efektif untuk
menekan kapang. Bakteri asam laktat heterofermentatif
digabung dengan bakteri asam laktat homofermentatif
bisa juga dijadikan starter. Inokulasi bakteri dapat meningkatkan kualitas
silase dan juga dapat menghambat kapang.
Biasanya pembuatan silase tanpa inokulasi bakteri juga bisa berjalan dengan
baik. Karena pada dasarnya bakteri sudah ada pada hijauan, yang perlu dilakukan
adalah memberi makan bakteri yang sudah ada dengan bahan yang memiliki
kandungan karbohidrat seperti dedak halus, tepung jagung atau tepung singkong dan
lain-lain. Karbohidrat yang ada dalam
bahan pembuat silase akan dipergunakan oleh bakteri selama proses ensilase untuk
menghasilkan asam laktat.
4. Pemanenan
Pemanenan
silase bisa dilakukan setelah 21 hari. Namun jika diinginkan bisa dipanen dalam
jangka waktu yang sangat lama, asalkan kondisi silo tetap an aerob. Agar tidak terjadi kerusakan silase maka silo
yang mau dimanfaatkan untuk pembuatan silase harus dipastikan tidak ada
kebocoran dan tertutup dengan rapat.
Kriteria silase yang sangat baik pH 3,2-4,2, kriteria silase baik pH 4,2-4,5,
silase dengan kriteria sedang pH 4,5-4,8. Jika pH diatas 4,8 berarti kualitas silase
buruk dan tidak layak diberikan pada ternak.
B. Cara Pembuatan Silase
a.
Hijauan yang telah dipanen di chopper atau dipotong-potong degan ukuran kira-kira
5 cm
b. Hijauan yang telah dichoper atau
dipotong-potong dilayukan
c. Menyiapkan bahan yang mengandung karbohidrat
sebanyak 2 % (dedak halus, Jagung halus,
tepung singkong, dll).
d. Hijauan yang telah dilayukan di masukkan ke
dalam silo lalu di tekan dengan kuat, sehingga padat agar tidak ada
rongga. Bisa diinjak-injak atau di tekan pakai kayu.
e. Ditaburi bahan sumber karbohidrat setiap
15-20 cm, hal ini terus dilakukan sampai wadah
pembuatan silase penuh.
g. Wadah pebuatan silale (silo) ditutup dengan
rapat (an aerob) agar oksigen tidak bisa masuk.
C. Bentuk-bentuk Silo (Wadah Pembuatan Silase)
a. Silo menara (tower silo)
b. Silo Sumur
(Pit Silo)
c.
Trench Silo
f.
Bunker Silo
DAFTAR PUSTAKA
Chesson, A. 2000. Biotechnology in Animal Feeds and Animal
Feeding. Winheim. New York.
McDonald, P. dkk.
1991. The Biochemistry of Silage.
Britain : Chalcombe Publication
McDonald, P. dkk.
2002. Animal Nutrition. Prentice Hall. United States. Horlow
Moran, J. 1996. Forage
Conservation Making Quality Silage and Hay in Australia. Agemedia.
East Melbourne. Victoria.
Prihantoro, I. 2014.
Managemen Pembibitan, Produksi dan
Penyimpanan Hijauan Pakan
Ternak. Presentasi Pelatihan Pakan Ternak. Fakultas
Peternakan IPB. Bogor.
Rankin. M. and D,
Undersander. 2000. Rain Damage to Forange During Hay and Silage
Making. Focus on Forage.
No comments:
Post a Comment