POTENSI BUDIDAYA
ENTOK SEBAGAI SUMBER MATA PENCAHARIAN
BAGI MASYARAKAT PEDESAAN DI KAB. LEBAK
Entok (muscovy
duck) disebut juga bebek manila atau itik serati. Entok berasal dari benua
Amerika. Habitat aslinya di daerah rawa,
danau maupun sungai. Entok merupakan ternak tipe pedaging. Pangsa pasar untuk entok masih terbuka luas.
Permintaan entok dari kabupen Lebak ke Jakarta cukup tinggi minimal 1.000 ekor/hari,
kalau dijumlahkan dalam satu bulan permintaan entok untuk wilayah Jakarta dari kabupaten Lebak berkisar 30.000
ekor. Sementara yang baru terpenuhi
paling banyak 400 ekor/hari. Belum lagi permintaan untuk daerah serang sangat
tinggi terutama pada saat menjelang idul fitri maupun idul adha. Harga entok
paling tinggi di daerah serang pada saat menjelsng idul fitri dan Idhul Adha. Ada
beberapa langkah yang harus dilakukan agar budidaya entok bisa berhasil.
Berikut ini tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peternak entok :
A. Pembuatan Kandang
Kandang entok harus terbuat dari bahan yang
kuat. Jika bahanya terbuat dari bambu
harus memilih bambu yang sudah tua, sebelum dijadikan pagar maupun kandang
sebaiknya bambu direndam terlebih dahulu di dalam lumpur selama 1 bulan. Hal
ini bertujuan agar bambu yang akan dibuat pagar atau kandang tidak mudah
dimakan rayap. Kandang entok harus
dikelilingi oleh pagar agar entok bisa terkontrol keberadaanya. Pagar bisa
terbuat dari bambu maupun ram kawat. Lantai kandang harus kering dan terkena
sinar matahari langsung,
kemudian di dalam pagar disedikan tempat bertelur. tempat
untuk bertelur bisa terbuat dari kayu atau bambu yang berbentuk kotak, didalam
kotak diisi dengan jerami padi atau alang-alang. Rak tempat bertelur harus terlindungi dari
hujan dan sinar matahari langsung agar telur tidak cepat rusak.
Selain rak bertelur juga harus disediakan kandang
anak yang baru menetas (DOD), kandang anak bisa terbuat dari bambu maupun ram
kawat. Kandang anak harus tersedia lampu sebagai penghangat. Kandang juga harus ada sirkulasi udara yang baik,
terkena sinar matahari langsung dan lantai kandang tidak terlalu rapat sehingga
feses bisa jatuh kebawah, tidak menumpuk di dalam kandang. Kemudian disetiap
kandang harus tersedia tempat minum dan
tempat pakan. Agar daya tetas telur
tinggi sebaiknya disediakan tempat
berenag untuk induk entok.
Saat pembelian induk entok, peternak harus bisa mengetahui bibit yang
baik. Ciri-ciri induk entok yang baik untuk dibudidayakan sebagai berikut :
a. Sehat dan tidak cacat
Entok yang sehat adalah entok
yang nafsu makanya baik, aktif bergerak, tidak loyo, matanya
bersina dan bulunya lengkap dan mengkilat.
bersina dan bulunya lengkap dan mengkilat.
b. Memiliki postur yang besar
Ada beberapa tipe induk
entok, sebaiknya memilih entok yang berpostur besar. Manfaatnya agar
bobot dagingnya lebih berat
juga bisa mengerami telur lebih banyak.
C. Entok bakalan yang sudah siap bertelur
Pembelian entok bakalan bukan
entok yang sudah mendekati akhir produksi. Hal ini bertujuan agar masa produksi telurnya
masih lama, diharapkan dapat menghasilkan anak entok yang lebih
banyak.
banyak.
C. Pemeliharaan Induk
Agar fertilitas telur entok tinggi sebaiknya sex
rasio jantan dengan betina adalah 1 : 5.
Induk-induk yang sudah dibeli di lepas di dalam pagar dan disedikan
tempat pakan dan minum. Lantai tempat
induk entok sebaiknya selalu kering, jika memungkinkan lantainya ditaburi sekam
padi. Induk betina yang baru dibeli
dilakukan pencabutan bulu sayap agar tidak bisa terbang.
Biasanya
usia 6 bulan entok mulai bertelur. Sebelum bertelur rak betelur sudah disipkan.
Entok akan bertelur pada rak yang disedikan.
Jumlah telur entok bisa mencapai 10-15 butir. Setelah telurnya sudah cukup
maka entok akan mengerami telurnya, pengeraman telur entok selama 28 hari. Daya tetas entok yang dierami oleh induknya
biasanya cukup tinggi sekitar 90 %.
Pakan yang diberiakan adalah pakan yang bisa
memenuhi kebutuhan gizi entok, Seperti dedak padi yang dicampur dengan eceng
gondok. Bisa juga dengan roti afkir yang
masih layak konsumsi. Jika mudah mendapatkan keong sawah bisa diberikan kepada
induk entok untuk meningkatkan nilai nutrisi terutama protein dari dagingnya
dan kalsium dari cangkangnya.
Prinsip-prinsip Biosecurity
dan Biosafety harus dilaksanakan.
Biosecurity adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan
mengendalikan masuknya dan berkembangnya agen penyakit dalam suatu peternakan.
Tindakan Biosecurity yang dilakukan adalah :
a. Pengawasan lalu lintas
Pengawasan lalu lintas
yaitu membatasi dan mengawasi keluar masuknya ke peternakan baik
orang,hewan, kenderaan dan peralatan.
orang,hewan, kenderaan dan peralatan.
b. Sanitasi
Sanitasi yang dimaksudkan
adalah membersihkan dan mendesinfeksi kandang, kenderaan dan
peralatan secara teratur, kemudian menjaga
Hygiene orang yang bekerja di kandang, sebaiknya
ada pakaian khusus di dalam kandang.
ada pakaian khusus di dalam kandang.
c. Isolasi
Melakukan isolasi yaitu
memisahkan entok dari ayam, mengandangkan
induk entok dan melakukan karantina bagi yang baru
dibeli selama 2 minggu.
Induk entok
yang baru datang harus dilakukan vaksinasi untuk mencegar terjadinya penyakit. Jenis vaksin yang harus diberikan pada entok
minimal vaksin ND dan vaksin AI. Dilakukan vaksin ND dan AI karena kedua
penyakit ini merupakan penyakit yang sangat
menular. Bisa mengakibatkan kematian yang sangat banyak sehingga dapat merugikan peternak.
D. Perawatan Anak
Setelah telur entok dierami selama 28 hari telur
entok akan menetas atau disebut Day Old Duck (DOD). Setelah telur menetas langsung dipisahkan
dari induknya dan dimasukkan ke dalam kandang anak. Agar DOD tetap hangat harus disedikan lampu yang
menyala mulai dari jam 5 sore sampai jam 7 pagi. Namun jika cuaca masih dingin
atau musim hujan sebaiknya lampu tetap dinyalakan disiang hari. Jika anak entok
masih merasa kedinginan, anak entok akan berkumpul mendekati lampu dan jika
kepanasan anak entok akan menjauh dari lampu.
Suhu yang dibutuhkan sebagai penghangat DOD adalahantara 29 0C-320C. Minggu
kedua suhu bisa diturunkan sekitar 30C dan minggu ke 3 bisa ditunkan
suhunya sampai 40C.
Pakan dan air minum harus selalu tersedia (adlibitum), agar pertumbuhan DOD lebih
cepat. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan adalah pakan starter yang
dicampur dengan vitamin mulai dari umur 1 hari sampai 15 hari. Setelah umur 15
hari sampai 36 hari konsentrat mulai dikurangi dan dicampur dengan dedak. Kemudian
setelah satu bulan anak entok dilepas di dalam pagar. Pemberian pakan anak
entok yang berumur setelah 36 hari bisa diberikan dedak yang dicampur dengan
keong sawah, eceng gondok maupun vitamin.
Setelah usia 5-6 bulan entok sudah siap dipanen. Perkiraan kebutuhan
pakan anak sampai 6 bulan jika di rata-rata per hari sebagai berikut, DOD
sampai 1 minggu 15 g, usia I-3 minggu 35 g, usia 3-4 minggu 65 g dan usia 4
minggu sampai 6 bulan 100 g.
Pemeliharaan anak agar tetap sehat harus dilakukan
prinsip-prinsip Biosecurity dan biosafety. Pemberian vaksin tetap harus
dilakukan pada anak entok untuk mencegah terjadinya penyakit. Vaksin yang
diberikan terutama vaksin ND dan Vaksin AI. Pemberian bisa melalui air minum,
tetes mata maupun disuntikkan.
E. Analisis Usaha sederhana (20 ekor betina dan 4 pejantan)
a. Pengeluaran
- pembelian Induk Betina 20 ekor x
Rp. 60.000 = Rp 1.200.000
- Pembelian Pejantan 4 ekor x Rp.
100.000 = Rp 400.000
- Biaya Pakan
induk betina 20 ekor x 360 hari x 200 gr x Rp
2500/1000 = Rp 3.600.000
pejantan 4 ekor x 360 hari x 300 gr x Rp 2500/1000 = Rp 1.080.000
DOD sampai 6 bulan :
1140 ekor x 180 hari x 53,75 g x Rp 2500/1000 = Rp 27.573.750
- Penyusutan kandang Rp 1.000.000,-/thn
TOTAL
34.853.750,-
b. Penerimaan
Satu tahun 6 kali bertelur, satu kali
bertelur minimal 10 butir dengan
perkiraan kematian 5 % :
- Penjualan entok Betina 950
ekor x Rp 60.000 = 57.000.000,-
- Penjualan entok jantan 190 ekor Rp 100.000 = 19.000.000,-
TOTAL 76.000.000
Penghasilan = 76.000.000 - 34.853.750 = 41.146.250
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, L. H. dkk. 2005. Perkembangan
Teknologi Budidaya Itik di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rasyaf, M. 1994. Beternak itik komersil. Kanisius.
Yogyakarta
Setiawan, W. 1998. Beternak
Itik Manila. Balai Pustaka. Jakarta.
Suharno, B. 2009. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Setioko, A. R. dkk. 1996. Unggas Air (Itik dan Entok) Sebagai
Alternatif Pendapatan Petani. Proseding Seminar Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian
Ternak Ciawi. Bogor.
No comments:
Post a Comment