Friday 5 January 2018

MENGENAL TINGKAH LAKU KERBAU LUMPUR



MENGENAL TINGKAH LAKU KERBAU LUMPUR  (B. Bubalis Carabanesis)
Oleh :  Jamaluddin ZA, S.Pt   ( Kepala UPTD Peternakan Wilayah III Kab. Lebak)

                                             
                                                          
             Sebelum memelihara ternak sebaiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu tingkah lakunya, agar mudah dalam penangananya.  Tingkah laku antara jenis ternak berbeda-beda. Misalnya sapi dengan kerbau, kambing dengan domba, dan hewan lainya. Memang perlu pengamatan khusus untuk mengetahui  tingkah laku ternak atau berbagi pengalaman dengan peternak yang sudah lama beternak. Berikut ini beberapa tingkah laku kerbau :
A.  Sistim Pencernaan
          Kerbau merupakan hewan ruminansia atau memamah biak yang mengunyah makananya sebentar dalam bentuk masih kasar dan menyimpanya dalam rumen, pada saat istirahat kemudian mengeluarkan makananya dan mengunyah kembali dengan lebih halus lalu di telan kembali.   Kerbau juga merupakan hewan herbifora, berarti makanan pokoknya adalah tumbuh-tumbuhan. Sehingga tidak baik diberi makanan yang berasal dari hewani, seperti tepung daging dan sebagainaya, karena bisa menimbulkan efek samping  terhadap ternaknya.
         Kerbau merupakan hewan yang memiliki pencernaan terhadap makanan yang sangat baik, karena kerbau memiliki kemampuan mencerna pakan bermutu rendah lebih efisien darpada  sapi, dengan kemampuan mencerna 2-3% unit lebih tinggi, kemampuan kerbau dalam memanfaatkan pakan lebih tinggi  yang disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah proporsi dan jumlah mikroba di dalam rumen lebih banyak serta lama pakan bertahan di dalam saluran pencernaan yang lebih lama ( Handiwirawan, E. dkk. 2008)


A.  Berkubang atau Berendam 

                                                           

          Berkubang atau berendam merupakan kebutuhan seekor kerbau, ini akibat dari kulitnya yang berwarna hitam dengan kulit yang tebal, bulu yang jarang dan kerapatan kelenjar keringat hanya sepersepuluh dari sapi. sehingga kerbau tidak kuat berlama-lama di bawah terik matahari.  Apabila dipakai sebagai ternak kerja hanya bisa dipagi hari sebelum terik matahari mulai terasa panas. Pada saat terik matahari mulai panas pada saat itulah kerbau mulai berkubang atau dimandilkan oleh peternak. Suhu lingkungan yang ideal bagi ternak kerbau antara 15,5 0C – 24 0C dan kerbau akan mulai tidak nyaman jika suhu diatas 24 0C. kerbau tidak mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap panas, sehingga akan menderita bila terkena sinar matahari langsung dalam waktu lama ( Handiwirawan, E. dkk. 2008).  Apabila berkubang atau mandi tidak dilakukan selain stres terjadi pada kerbau juga sering terjadi penyakit kulit seperti scabies. Ekto parasit akan mudah berkembangbiak pada kulitnya. Makanya berkubang atau berendam merupakan hal yang wajib dilakukan pada kerbau setiap hari.
 
B.  Berkelompok

       

       Kerbau memiliki tingkah laku berkelompok ketika salahsatu kerbau bergerak pada suatu tempat maka yang lain akan mengikuti, sehingga penggembala kerbau lebih mudah mengarahkan kerbau di padang penggembalaan, mulai datang ke lokasi penggembalaan, di padang penggembalaan maupun saat pulang ke kandang.  Satu kawanan kerbau memiliki seekor pemimpin, biasanya induk tertua  yang menjadi pemimpinya. Apabila petani istirahat di padang penggembalan maka hanya induk betina tertua saja yang diikiat, ternak yang lain dalam kelompok akan berkumpul disekitarnya dan tidak akan meninggalkan kelompoknya.   
C. Membuang kotoran (Feces)
          Mungkin hanya ternak kerbau yang membuang feces tidak sembarangan di dalam kandang. Kerbau membuang feces ditempat pertama kali dia membuang feces di kandang, tidak akan membuang feces pada sembarang tempat. Makanya peternak kerbau yang berpengalaman, pada saat mengisi kandang kerbau yang baru akan menyiapkan feces kerbau dan diletakkan dipinggir kandang, dengan tujuan agar kerbau membuang fecesnya pada tempat tersebut. Ini sangat bermanfaat dalam membersihkan kandang dan menjaga agar lantai kandang tetap kering.
D. Usia produktif
           Dewasa tubuh pada kerbau betina dimana alat reproduksi kerbau sudah siap dikawinkan dan bunting adalah pada usia 3 tahun, pada usia ini kerbau sebaiknya dikawinkan. Jika dikawinkan pada usia 3 tahun berati pada usia 4 tahun sudah melahirkan. Usia produktif pada kerbau bisa mencapai usia 20 tahun dan bisa beranak 8-10 kali.
           Birahi pada kerbau Ditandai dengan gelisah, dinaiki oleh kerbau lain, vulva bengkak, berwarna kemerah-merahan, nafsu makan menurun dan keluar lendir bening.  Siklus birahi pada ternak kerbau sekitar 21 hari dan lama birahi sekitar 32 jam. Pengamatan birahi serta Perkawinan kerbau yang tepat akan memperpendek calving interval.  Sehingga biaya pakan dan waktu pemeliharaan bisa diperpendek. Sedangkan Lama kebuntingan pada kerbau berkisar  11 bulan.
G. Penanganan pada Ternak kerbau


 
           Agar mudah dalam penanganan kerbau terutama yang ekstensif biasanya peternak melakukan penendokan/kaluhan, dengan menusuk tulang rawan di hidung kerbau sambil memasukkan tali. Biasanya ternak yang ditendok lebih mudah dalam penanganan dan lebih menurut.  Namun pada saat dilakukan Pemeriksaan kebuntingan dan IB perlu dibuat kandang jepit. Pemeliharaan intensif diperlukan adanya gang way dan kandang jepit.

H.  Mathering Ability
             S aat melahirkan bermacam-macam tingkah laku induk kerbau, ada yang langsung menjilati anaknya sampai bersih dan disusui, ada yang setelah melahirkan langsung meninggalkan anaknya tanpa memperdulikanya, ada juga setelah melahirkan anaknya dijilati sampai bersih namun induknya tidak mau menyusui. Ada induk yang baik hati, induk ini siap menyusui selain anaknya juga anak kerbau lain.  Namun ada sebagian kerbau setelah melahirkan induk kerbau memakan placenta anaknya yang dilahirkanya.  Apabila tidak ingin placentanya dimakan oleh induknya, setelah placenta keluar sebaiknya langsung dibuang.
               Anak kerbau yang tidak disusui induknya sebaiknya dilakukan penanganan, misalnya memerah susu induknya minimal mengambil kolestrumya, setelah itu diberikan susu full cream, jangan susu formula bayi karena susu formula sering mengakibatkan diare yang  mengakibatkan kematian pada anak kerbau. Kebersihan dot maupun botolnya harus tetap terjaga, sebelum dipakai disterilkan terlebih dahulu dengan cara  diseduh dengan air panas.
             Semoga dengan adanya informasi tentang Tinkah Laku Kerbau ini bisa bermanfaat baik bagi peternak kerbau maupun bagi masyarakat yang ingin beternak kerbau.

















DAFTAR PUSTAKA

Bamualim, A. dan M. Zulbardi. 2007, Situasi dan Keberadaan kerbau di Indonesia. Pros. Semiloka      
          Usaha Ternak Kerbau. Puslitbang Peternakan, Bogor.

Harjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapanagan. PT. Gramedia Widiasarana
          Indonesia. Jakarta.

Hasinah, H, dan Handiwirawan. 2006. Keragaman genetik ternak kerbau di Indonesia, Prosiding     
          lokakarya nasional usaha ternak kerbau mendukung program kecukupan daging sapi. Pusat
          penelitian dan pengembangan peternakan, Bogor.

Handiwirawan, E. dkk. 2008, Karakteristik Tingkah laku Kerbau untuk Menajemen Produksi yang
          Optimal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Tolihere, M. 2001. Potensi dan pengembangan kerbau di Indonesia. Kerjasama Puslitbang     
           Peternakan dan Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten, Cilegon.
Triwulaningsih, E., 2006. Kerbau Sumber daging dan susu, Balai Penelitian. Bogor




No comments:

Post a Comment