MENGENAL TINGKAH LAKU
KERBAU LUMPUR (B. Bubalis Carabanesis)
Oleh :
Jamaluddin ZA, S.Pt ( Kepala
UPTD Peternakan Wilayah III Kab. Lebak)
Sebelum memelihara ternak sebaiknya kita harus
mengetahui terlebih dahulu tingkah lakunya, agar mudah dalam penangananya. Tingkah laku antara jenis ternak
berbeda-beda. Misalnya sapi dengan kerbau, kambing dengan domba, dan hewan
lainya. Memang perlu pengamatan khusus untuk mengetahui tingkah laku ternak atau berbagi pengalaman
dengan peternak yang sudah lama beternak. Berikut
ini beberapa tingkah laku kerbau :
A. Sistim Pencernaan
Kerbau merupakan
hewan ruminansia atau memamah biak
yang mengunyah makananya sebentar dalam
bentuk masih kasar dan menyimpanya dalam rumen, pada saat istirahat kemudian
mengeluarkan makananya dan mengunyah kembali dengan lebih halus lalu di telan
kembali. Kerbau juga merupakan hewan
herbifora, berarti makanan pokoknya adalah tumbuh-tumbuhan.
Sehingga tidak baik diberi makanan yang berasal dari hewani, seperti tepung
daging dan sebagainaya, karena bisa menimbulkan efek samping terhadap ternaknya.
Kerbau
merupakan hewan yang memiliki pencernaan terhadap makanan yang sangat baik,
karena kerbau memiliki kemampuan mencerna pakan bermutu rendah lebih efisien
darpada sapi, dengan kemampuan mencerna
2-3% unit lebih tinggi, kemampuan kerbau dalam memanfaatkan pakan lebih
tinggi yang disebabkan beberapa faktor
diantaranya adalah proporsi dan jumlah mikroba di dalam rumen lebih banyak
serta lama pakan bertahan di dalam saluran pencernaan yang lebih lama (
Handiwirawan, E. dkk. 2008)
Berkubang atau berendam merupakan
kebutuhan seekor kerbau, ini akibat dari kulitnya yang berwarna hitam dengan kulit
yang tebal, bulu yang jarang dan kerapatan kelenjar
keringat hanya sepersepuluh dari sapi. sehingga kerbau
tidak kuat berlama-lama di bawah terik matahari. Apabila dipakai sebagai ternak kerja hanya bisa dipagi hari sebelum terik matahari
mulai terasa panas. Pada saat terik matahari mulai panas pada saat itulah
kerbau mulai berkubang atau dimandilkan oleh peternak. Suhu
lingkungan yang ideal bagi ternak kerbau antara 15,5 0C – 24 0C
dan kerbau akan mulai tidak nyaman jika suhu diatas 24 0C. kerbau
tidak mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap panas, sehingga akan menderita
bila terkena sinar matahari langsung dalam waktu lama ( Handiwirawan, E. dkk.
2008). Apabila
berkubang atau mandi tidak dilakukan selain stres
terjadi pada kerbau juga sering terjadi penyakit kulit
seperti scabies. Ekto parasit akan
mudah berkembangbiak pada kulitnya. Makanya berkubang
atau berendam
merupakan hal yang wajib dilakukan pada kerbau setiap hari.
Kerbau
memiliki tingkah laku berkelompok ketika salahsatu kerbau bergerak pada suatu
tempat maka yang lain akan mengikuti, sehingga penggembala kerbau lebih mudah
mengarahkan kerbau di padang penggembalaan, mulai datang ke lokasi
penggembalaan, di padang penggembalaan maupun saat pulang ke kandang. Satu kawanan kerbau
memiliki seekor pemimpin, biasanya induk tertua yang menjadi pemimpinya. Apabila petani
istirahat di padang penggembalan maka hanya induk betina tertua saja yang
diikiat, ternak yang lain dalam kelompok akan berkumpul disekitarnya dan tidak akan
meninggalkan kelompoknya.
C. Membuang
kotoran (Feces)
Mungkin hanya ternak kerbau
yang membuang feces tidak sembarangan di dalam kandang. Kerbau membuang feces ditempat
pertama kali dia membuang feces di kandang, tidak akan membuang feces pada
sembarang tempat. Makanya peternak kerbau yang berpengalaman, pada saat mengisi
kandang kerbau yang baru akan menyiapkan feces kerbau dan diletakkan dipinggir kandang, dengan
tujuan agar kerbau membuang fecesnya pada tempat tersebut. Ini sangat bermanfaat
dalam membersihkan kandang dan menjaga agar lantai kandang tetap kering.
D. Usia produktif
Dewasa tubuh pada kerbau betina dimana alat reproduksi kerbau sudah siap dikawinkan
dan bunting adalah pada usia 3 tahun, pada usia ini
kerbau sebaiknya dikawinkan. Jika dikawinkan pada
usia 3 tahun berati pada usia 4 tahun sudah melahirkan. Usia produktif pada
kerbau bisa mencapai usia 20 tahun dan bisa beranak
8-10 kali.
Birahi pada kerbau Ditandai dengan gelisah, dinaiki oleh kerbau lain, vulva bengkak,
berwarna kemerah-merahan, nafsu makan
menurun dan keluar lendir bening. Siklus birahi pada
ternak kerbau sekitar 21 hari dan lama birahi sekitar 32 jam. Pengamatan birahi serta Perkawinan kerbau yang
tepat akan memperpendek calving interval. Sehingga biaya pakan dan waktu pemeliharaan
bisa diperpendek. Sedangkan Lama kebuntingan pada
kerbau berkisar 11 bulan.
Agar mudah dalam penanganan kerbau
terutama yang ekstensif biasanya peternak melakukan penendokan/kaluhan, dengan
menusuk tulang rawan di hidung kerbau sambil memasukkan tali. Biasanya ternak
yang ditendok lebih mudah dalam penanganan dan lebih menurut. Namun pada saat
dilakukan Pemeriksaan kebuntingan dan IB perlu dibuat kandang jepit. Pemeliharaan
intensif diperlukan adanya gang way dan kandang jepit.
H. Mathering Ability
S aat melahirkan
bermacam-macam tingkah laku induk kerbau, ada yang langsung menjilati anaknya
sampai bersih dan disusui, ada yang setelah melahirkan langsung meninggalkan
anaknya tanpa memperdulikanya, ada juga setelah melahirkan anaknya dijilati sampai
bersih namun induknya tidak mau menyusui. Ada induk yang baik hati, induk ini
siap menyusui selain anaknya juga anak kerbau lain. Namun ada sebagian kerbau setelah melahirkan induk kerbau
memakan placenta anaknya yang dilahirkanya.
Apabila tidak ingin placentanya dimakan oleh induknya, setelah placenta
keluar sebaiknya langsung dibuang.
Anak
kerbau yang tidak disusui induknya sebaiknya dilakukan penanganan, misalnya
memerah susu induknya minimal mengambil kolestrumya, setelah itu diberikan susu
full cream,
jangan susu formula bayi karena susu formula sering mengakibatkan diare yang mengakibatkan kematian pada anak kerbau. Kebersihan
dot maupun botolnya harus tetap terjaga, sebelum dipakai disterilkan terlebih dahulu dengan cara diseduh dengan air panas.
Semoga dengan adanya informasi tentang Tinkah Laku Kerbau ini bisa
bermanfaat baik bagi peternak kerbau maupun bagi masyarakat yang ingin beternak
kerbau.
DAFTAR
PUSTAKA
Bamualim, A. dan M. Zulbardi. 2007, Situasi
dan Keberadaan kerbau di Indonesia. Pros. Semiloka
Usaha Ternak Kerbau.
Puslitbang Peternakan, Bogor.
Harjosubroto, W. 1994. Aplikasi
Pemuliabiakan Ternak di Lapanagan. PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.
Hasinah, H, dan Handiwirawan. 2006. Keragaman
genetik ternak kerbau di Indonesia, Prosiding
lokakarya nasional usaha
ternak kerbau mendukung program kecukupan daging sapi. Pusat
penelitian dan pengembangan peternakan, Bogor.
Handiwirawan, E. dkk. 2008, Karakteristik
Tingkah laku Kerbau untuk Menajemen Produksi yang
Optimal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Tolihere, M. 2001. Potensi dan
pengembangan kerbau di Indonesia. Kerjasama Puslitbang
Peternakan
dan Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Banten, Cilegon.
Triwulaningsih, E., 2006. Kerbau Sumber daging dan susu, Balai Penelitian. Bogor
No comments:
Post a Comment