KERBAU PERAH PENGHASIL KEJU TERBAIK DI DUNIA
Kerbau murrah disebut juga kerbau sungai, kerbau ini dipelihara di Balai milik Kementerian Pertanian di Siborong-borong Sumatera Utara, warna kulitnya hitam pekat dan postur yang besar berbeda dengan kerbau lumpur.
Wednesday, 4 July 2018
MENGENAL ESTRUS (BIRAHI) PADA TERNAK RUMINANSIA
Oleh :
Jamaluddin ZA, S.Pt (Kasi Budidaya Peternakan Dinas Peternakan Kab. Lebak)
Ternak
betina mempunyai alat reproduksi yang terdiri dari alat kelamin utama
(ovarium), Saluran reproduksi (tuba Fallopi, Uterus, serviks dan vagina) dan
alat kelamin luar (vulva dan klitoris). Ovarium terdapat dua buah sebelah kiri
dan sebelah kanan. Ovarium memiliki dua komponen penting yaitu folikel (primer,
sekunder, tersier, de graaf) dan korpus luteum. Ovarium mempunyai dua fungsi
yaitu reproduksi (sel telur) dan produksi hormonal (estrogen, progesteron,
inhibin dan relaxin). Posisi ovarium berada dalam rongga pelvis, sedangkan
bentuk dan ukuran ovarium berbeda tergantung spesis dan fase. Ovarium sapi
berbentuk oval, ovarium domba berbentuk lonjong dan ovarium kuda seperti ginjal
(Samik, A. 2017).
Uterus
salah satu bagian dari saluran reprodiksi yang sangat penting, memilki banyak
fungsi yaitu, menghasilkan cairan uterus saat birahi, kapasitasi spermatozoa,
kontraksi, transportasi spermatozoa. Sedangkan serviks berfungsi menutup lumen
uterus, menghasilkan cairan serviks yang berfungsi memberi jalan spermatozoa, dan
menyeleksi sparmatozoa saat garavid cairan mukus (Samik. A. 2017)
Estrus
atau birahi adalah kondisi dimana ternak betina ingin dikawin. Birahi pada
ternak terjadi setelah ternak dewasa. Usia dewasa pada ternak ruminansia
bervariasi tergantung kondisi tubuh dan pakan. Dewasa kelamin pada sapi 1,5-2
tahun sedangkan dewasa tubuh 2-2,5 tahun, dewasa kelamin pada kerbau pada usia
2,5-3 tahun sedangakan dewasa tubuh 3-4 tahun, kambing/domba dewasa kelamin 6-8
bulan sedangkan dewasa tubuh usia 12-15 bulan. Ternak dikawinkan setelah ternak
dewasa tubuh.
Deteksi birahi salah satu faktor yang penting
menjadi perhatian dalam budidaya ternak ruminansia. Ketepatan mendeteksi birahi
akan berpengaruh terhadap ketepatan waktu perkawinan. Perkawinan pada waktu
birahi yang tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan kebuntingan. Karena
mengawinkan ternak ruminansia diluar waktu birahi tidak akan terjadi kebuntingan.
Oleh karena itu peternak harus mengetahui tanda-tanda birahi agar tepat pada
saat mengawinkan ternak. Selain ketepatan waktu kawin juga akan memperpendek calving interval. Siklus estrus dibagi
menjadi empat fase :
1. Pro estrus
(Persiapan)
Fase
ini terjadi perubahan tingkah laku, perubahan alat kelamin luar, pada ovarium
terdapat folikel de graaf, kelenjar endometrium tumbuh memanjang, serviks
terjadi relaksasi, Terjadi pertumbuhan folikel yang cepat.
2. Estrus
Pada
fase ini folikel de graaf sudah matang, sekresi lendir serviks maksimal,
dinding folikel tipis sehingga ternak responsif terhadap pejantan dan ingin
dikawini.
3. Metestrus
Fase
Metestrus terjadi setelah estrus selesai, ternak menolak untuk kopulasi, ada
korpus haemoragicum pada ovarium, serviks sudah menutup, fase ini terjadi
penurunan kadar estrogen.
4. Diestrus
Fase
diestrus tidak ada aktivitas kelamin, ovarium terdapat corpus luteum dan ternak
dalam keadaan tidak bunting, berakhir pada saat regresi corpus luteum.
A. Tanda-tanda birahi
pada ternak ruminansia sebagai berikut :
a. Standing heat (diam
saat dinaiki oleh ternak yang lain, yang menaiki juga perlu diamati)
b. Gelisah
c. Nafsu makan menurun
d. Vulva bengkak dan berwarna
merah
e. basah (keluar
cairan lendir bening dari vagina)
f. Sering mengeluarkan
suara
Deteksi
birahi pada peternakan rakyat lebih mudah dilakukan karena pada peternakan
rakyat setiap hari ternak berada dalam pengawasan peternak, sedangkan pada
perusahaan peternakan sekala besar atau jumlah ternak betina yang banyak,
pengamatan birahi dilakukan dua kali sehari pagi dan sore hari, tanda yang
lebih mudah diamati adalah pada saat ternak terjadi standing heat. Tentunya
seluruh ternak yang diamati sudah ada eartagnya. Setiap ada kejadian standing
heat dilakukan rekording untuk berikutnya dilakukan perkawinan.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Estrus pada Ternak Ruminansia
a. Kadar hormon dalam
tubuh ternak
Jika hormon-hormon reproduksi bekerja
dengan baik maka akan terjadi estus
b. Kecukupan Nutrisi. Defisiensi
nutrisi atau kekurangan kandungan nutrisi yang dikonsumsi oleh ternak dapat mempengaruhi status reproduksi
ternak.
c. Kondisi alat
reproduksi : kondisi dimana alat reproduksi normal atau tidak. Kondisi ini berpengaruh terhadap timbulnya estrus.
C. Siklus Birahi
Siklus
birahi adalah jarak dari birahi yang satu ke birahi berikutnya. Siklus birahi
diatur oleh mekanisme endokrin dan neuroendokrin yaitu hormon-hormon dari
hipotalamus, hipofisis dan gonad. Siklus birahi pada ternak berbeda-beda
tergantung jenis ternaknya. Berikut ini tabel siklus birah, lama birahi dan
ovulasi.
Tabel 1. Siklus Birahi, Lama Birahi
dan Ovulasi
Hewan
|
Siklus
|
Lama
|
Ovulasi
|
Domba
|
16-17
hari
|
24-36
jam
|
24-30
jam*
|
Kambing
|
21
hari/lebih
|
32-36
jam
|
30-36
Jam*
|
Babi
|
19-21
hari
|
48-72
jam
|
35-45
Jam*
|
Sapi
|
21-22
hari
|
18-19
jam
|
10-11
Jam**
|
Kuda
|
19-25
hari
|
4-8 hari
|
1-2
Hari***
|
Kerbau
|
19-25
hari
|
2-96 jam
|
Sumber : Presentasi Dr. Abdul Samik
Ket : * Dari dimulainya birahi
** Setelah birahi berakhir
*** Sebelum Akhir birahi
D. Ovulasi
Salah
satu yang sangat penting pada saat birahi adalah terjadinya ovulasi. Karena
birahi tanpa ovulasi tidak akan terjadi fertilisasi. Ovulasi adalah, pecahnya folikel yang telah
matang disertai keluarnya ovum dari folikel tersebut. Lapisan sel telur (ovum) terdiri dari memberan
vitelin, zona pelusida dan comulus oophorus. Ovulasi merupakan rangkaian
mekanisme fisiologis, biokemikal dan biofisikal (samik A, 2017)
Keberhasilan
perkawinan baik IB maupun kawin alam apabila terjadi pertemuan sel telur (ovum)
dengan sel spermatazoa. Jika tidak terjadi ovulasi sudah barang tentu tidak
akan ada kebuntingan. Terjadinya ovulasi
pada ternak ruminansia bermacam-macam tergantung jenis ternaknya. Waktu yang
paling tepat ternak ruminansia untuk dikawinkan pada saat menjelang ovulasi, pada
sapi sekitar 10 jam setelah standing heat.
DAFTAR PUSTAKA
Larson, at al (1995) The fertility of inseminations made in cow
showing post estrus
Hemorrhage.
Samik, A. (2017) Siklus
Reproduksi. Presentasi Pelatihan ATR. BIB Singosari. Malang
Samik. A. (2017) Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Alat
Kelamin Betina Sapi. Presentasi
Pelatihan ATR. BIB Singosari.
Malang
Toelihere, R. Mozes
(1997) Inseminasi Buatan Pada Ternak.
Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Penerbit Angkasa. Bandung.
MENGATASI KERACUNAN PADA TERNAK RUMINANSIA
MENGATASI KERACUNAN PADA TERNAK
RUMINANSIA
DENGAN AIR KELAPA MUDA DAN DAUN BAMBU
Oleh : Jamaluddin ZA, S.Pt (Kasi Budidaya
Peternakan Dinas Peternakan Kab. Lebak)
Keracunan pada ternak ruminansia
sering terjadi baik pada ternak yang digembalakan maupun ternak yang
dikandangkan. Penyebab terjadinya keracunan bermacam-macam, bisa akibat dari
pakan yang dikonsumsi terutama pakan yang mengandung anti nutrisi seperti
mengkonsumsi batang singkong yang mengandung sianida, legum yang dikonsumsi
terlalu banyak tanpa dilayukan terlebih dahulu, atau akibat makan rumput yang
baru disemprot obat pembasmi rumput, bisa juga akibat memakan pupuk. Salah satu
obat tradisional yang bisa diberikan untuk mengatasi keracunan pada ternak
ruminansia adalah air kelapa muda yang dicampur dengan daun bambu.
A. Kandungan Nutrisi Air Kelapa Muda
Air
kelapa memiliki banyak kandungan nutrisi, dari 100 g air kelapa memiliki
kandungan air (94,180 g), protein (0,120 g), lipid (0,073 g) dan Gula (5,230 g)
(Yong at al ,2009). Selain itu air kelapa mengandung ion-ion berupa Kalsium, zat
besi, Magnesium, fosfor, Kalium, Natrium, Zn, Cu dan Mn. Air kelapa muda juga
mengandung berbagai macam vitamin diantaranya A, D, E, K, B1, B2, B3, B5, B6,
B12, C, folat, kolin, bethaine dan asam amino. Sehinggga air kelapa sangat
bermanfaat untuk memulihkan energi, menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko
penyakit kardiovascular, meredakan stress dan otot kaku.
Vitamin
B1 berfungsi memperbaiki sistim saraf dan kontraksi otot, membantu sel-sel
tubuh mengubah karbohidrat menjadi energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Ion-ion
dalam air kelapa dapat mengganti cairan elektrolit yang hilang dalam tubuh
ternak akibat dehidrasi pada saat keracunan. Selain itu air kelapa juga dapat berfungsi
untuk menetralisir kadar racun. Hal ini karena air kelapa mengandung cairan
elektrolit dan nutrisi yang banyak. Bila
kekurangan cairan pada tubuh ternak maka racun akan menumpuk, sehingga ginjal
dan hati sebagai organ penyaring racun tidak dapat berfungsi dengan baik, jika ternak
mengkonsumsi bahan yang mengandung racun akan terjadi stress dan dehidrasi
sehingga tanpa asupan cairan yang cukup terutama yang mengandung elektrolit bisa
berakibat fatal terhadap ternaknya.
B. Kandungan Nutrisi Daun
Bambu
Daun
bambu memiliki kandungan polisakarida, klorofil, flavonoid, vitamin, elemen
mikro, asam amino dan sebagainya (Purwo, 2010). Rerata kadar protein daun bambu
adalah 13-18 %, serat kasar 27-34 %, mineral 8-15 % dan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) 31-45% (Balitbangtan, 2011). Daun bambu memiliki kandungan yang
bisa dimanfaatkan untuk mengeluarkan racun dalam tubuh ternak, pengeluaran
racun (detoksifikasi) terjadi melalui kelenjar keringat dan saluran sekresi,
daun bambu juga dapat membantu organ hati mengeluarkan racun berbahaya. Kandungan
flavonoid dari daun bambu dapat menambah daya kontraksi otot jantung dan memperlancar
aliran darah dari jantung.
C. Tanda-Tanda
Keracunan pada Ternak Ruminansia
Tanda-tanda kercunan
pada ternak ruminansia yaitu :
a. Hyper salivasi
Hyper
salivasi adalah air liur ternak keluar berlebihan bahkan disekitar mulut air
liur berbentuk seperti busa sabun.
b. Tremor otot
Tremor otot adalah bergetarnya sebagian otot pada tubuh ternak.
Tremor otot adalah bergetarnya sebagian otot pada tubuh ternak.
c. Kejang
Kejang-kejang
adalah bergetarnya seluruh tubuh ternak.
d. Anoreksia
Anoreksia adalah hilangnya nafsu makan pada ternak. Apabila diberikan pakan yang biasanya disukai ternak, ternak tersebut tidak mau memakannya
Anoreksia adalah hilangnya nafsu makan pada ternak. Apabila diberikan pakan yang biasanya disukai ternak, ternak tersebut tidak mau memakannya
e. Suhu tubuh tinggi
Terjadi
peningkatan suhu tubuh melebihi normal, suhu tubuh normal pada ternak sekitar 37-38 0C, jika suhu tubuh
diatas 39 0C suhu tubuh ternak tidak normal (demam). Agar diketahui
suhu tubuh ternak diperiksa dengan memakai termometer, termometer terlebih dahulu di kalibrasi, 1/3
bagian termometer dimasukkan melalui rektum sekitar 4 menit kemudian baru
dikeluarin dan di cek angkanya.
f. Mata merah
Mata
merah yang dimaksudkan adalah bagian mata ternak yang keracunan yang berwarna putih berubah menjadi warna
merah.
h. Frekuensi
nafas lebih cepat dari biasanya
D. Cara Pemberian
Cara
pemberian air kelapa muda dengan daun bambu untuk mengatasi keracunan pada
ternak adalah sebagai berikut :
Baha-bahan
a. Kelapa Muda
b. Daun bambu
Metode
Kelapa
muda dikupas kulit bagian atas, kemudian dilubangi tempurung dan daging buahnya
sampai terlihar air kelapa. Kemudian daun bambu diambil segenggam, ditumbuk
halus, lalu daun bambu yang telah halus dimasukkan ke dalam air kelapa, diupayakan
agar bercampur merata. kemudian campuran daun bambu dengan air kelapa muda
dimasukkan ke dalam botol kaca, lalu dicekokin pada ternak yang keracunan. Pemberian
pada ternak ukuran kecil 1 butir kelapa muda dengan satu genggam daun bambu dan
untuk ukuran ternak yang besar 2 butir
kelapa muda dengan 2 genggam daun bambu.
Pemberian
air kelapa muda dan daun bambu kepada ternak ruminansia yang keracunan harus
secepat mungkin diberikan, tidak boleh terlalu lama setelah menunjukkan gejala
keracunan, apalagi sudah terjadi iritasi. Jika terlalu lama bisa menyebabkan racun
menyebar melalui aliran darah. Hal ini dapat berakibat fatal dan pengobatan
tidak berguna lagi. Apalagi jika sudah terjadi kekurangan oksigen pada otak dan
jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang
Pertanian (2011) Potensi daun Bambu
Sebagai Anti Bakteri dalam Susu Pedet
Pfh Lepas
Kolostrum.
Kementerian Pertanian RI.
Lu. Baiyi, at al (2011) Determination of Flavonoid and Phenolic
Acid in The Extract of Bamboo
Leaves
Using Near-infared Spectroscopy and Multivariate Calibration. Africa Journal
of Biotechnologi.
Purwo, A. (2010) Keselarasan di Ming Courh. Edisi Bisnis
Indonesia
Yong, at al (2009) The Chemical Composition and Biological
Properties of Coconut (Cocos
nucifera L.) Water.Molecules. Nayang Technological University. SingapFAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM BUDIDAYA KERBAU AGAR DAPAT DIJADIKAN USAHA POKOK
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN
DALAM BUDIDAYA KERBAU AGAR DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI USAHA
POKOK
Oleh :
Jamaluddin ZA, S.Pt (Kasi Budidaya Peternakan Dinas Peternakan Kabupaten Lebak)
Usaha
budidaya kerbau yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten lebak memiliki
berbagai macam tujuan, sebagian peternak kerbau menjadikan usaha peternakan
kerbau sebagai usaha pokok. Sebagian lagi hanya sebagai usaha sambilan. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
jika ingin menjadikan budidaya kerbau sebagai usaha pokok. Berikut ini
faktor-faktor yang harus diperhatikan jika ingin menjadikan usaha budidaya
kerbau sebagai usaha pokok yaitu ; jumlah Indukan yang dipelihara, ketersediaan
pakan dan status reproduksi ternak.
A. Jumlah Indukan yang
Dipelihara
Jumlah
ternak kerbau yang dipelihara sangat berpengaruh terhadap produksi yang
dihasilkan, baik berupa anak maupun hasil ikutannya. Jika jumlah ternak sedikit
sudah barang tentu hasilnya juga sedikit.
Oleh karena itu jumlah ternak menjadi ukuran utama jika menjadikan usaha
budidaya ternak kerbau sebagai usaha pokok. Bagi peternak dengan sistim
pemeliharaan ekstensif yang mengandalkan padang penggembalaan sebagai sumber
pakan bagi ternaknya harus memperhitungkan waktu dan biaya yang dikeluarkan dengan
hasil yang didapatkan. Hasil yang diperoleh minimal bisa memenuhi kebutuhan
selama satu tahun. Hasil utama yang
diperoleh dari budidaya kerbau adalah kelahiran anak kerbau, maka harus diperhitungkan
produksi anak kerbau setiap tahun dengan biaya yang dibutuhkan. Idealnya bisa memproduksi
dan menjual kerbau minimal 3 ekor setiap tahun. Satu bulan diawal pemeliharaan kerbau (tahun
pertama) diupayakan semua induk sudah bunting, sehingga satu tahun pemeliharaan
sudah melahirkan 3-4 ekor anak, kemudian dua bulan post partus kerbau sudah
dikawinkan kembali agar 11 bulan kemudian dapat melahirkan anak. Calving
interval harus dapat dicapai selama 13 bulan.
Penjualan pertama dilakukan setelah masa
pemeliharaan induk selama 18 bulan, jika
diasumsikan pertama penjualan anak usia lepas sapih 6-8 bulan satu ekor dengan
asumsi harga Rp. 7.000.000,-/ekor. Kemudian 2 ekor setelah usia satu tahun,
dengan asumsi harga Rp 9.000.000,- per ekor, Berarti penghasilan peternak
setiap tahun Rp 25.000.000,-. Tujuan satu ekor anak kerbau terlebih dahulu
dijual setelah lepas sapih 6-8 bulan agar tidak terlalu lama mengandalkan usaha
lain sebagai penopang hidup sehari-hari, dengan cara ini kebutuhan sehari-hari
bisa diperoleh dari hasil budidaya kerbau setelah 18 bulan pemeliharaan. Setelah tahun ke dua bisa menjual 3 ekor anak
kerbau usia satu tahun dengan asumsi harga Rp 9.000.000,./ekor. Berarti tahun
ke 2 dan seterusnya akan menghasilkan Rp 27.000.000,-/periode sesuai calving binterval 13 bulan. Setiap tahun tiga ekor anak dijual untuk
kebutuhan sehari-hari sedangkan satu ekor lagi sebagai replacement stock atau pengganti induk, jika induk sudah tidak
produktif. Replacement stock
diseleksi dari anak-anak kerbau yang sudah lahir, dipilih anak kerbau yang
paling unggul sehingga setelah waktunya induk diganti mendapatkan kualitas
ternak yang baik.
Agar
memperoleh jumlah anak kerbau yang diinginkan (3-4 ekor/tahun) maka jumlah
induk yang dipelihara harus seimbang dengan jumlah produksi anak yang
diharapkan. Jika ingin menghasilkan anak kerbau 3-4 ekor per tahun sebagai
sumber penghasilan utama. Maka harus memelihara induk kerbau betina produktif
sebanyak 4 ekor dan pejantan 1 ekor.
Pola
budidaya kerbau jika dilakukan secara intensif akan membutuhkan biaya yang
lebih mahal, terutama biaya pakan dan tenaga kerja. Pemeliharaan budidaya
kerbau secara intensif harus bisa menekan biaya pakan agar pendapatan dari
produksi anak yang dihasilkan melebihi biaya operasional yang dikeluarkan.
Sehingga usaha budidaya kerbau dapat menguntungkan.
B. Ketersediaan Pakan
Ketersediakan
pakan merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu usaha peternakan. Bagi
peternak yang akan menjadikan budidaya kerbau sebagai usaha pokok harus
memperhitungkan ketersediaan pakan di padang penggembalaan. Jika kekurangan pakan
harus menyediakan dari tempat yang lain seperti menanam Hijauan Pakan Ternak
atau memanfaatkan limbah pertanian sebagai tambahan pakan. Pakan yang diberikan pada kerbau harus
memenuhi kebutuhan nutrisi baik kuantitas maupun kualitasnya.
Kekurangan
pakan bisa mengakibatkan banyak masalah yang ditumbulkan selama pemeliharaan.
Kekurangan pakan akan menghambat baik pertumbuhan ternak maupun produksi ternak.
Kualitas dan konsumsi pakan yang rendah dapat menyebabkan berbagai macam
masalah reproduksi seperti terhambatnya estrus setelah melahirkan, berkurangnya
pengeluaran LH, menghambat pematangan folikel dan ovulasi. Energi dan asam
amino merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan agar dapat estrus, Sumber energi
utama untuk proses reproduksi adalah dalam bentuk glukosa. Sedangkan sumber
utama asam amino ruminansia adalah protein mikroba rumen, kecuali mithionine
dan lysine yang diperoleh dari makanan (Balitnak, 2016).
Kekurangan
pakan juga bisa menyebabkan berkurangnya produksi susu, kekurusan dan mudah
terserang penyakit. Kekurangan jumlah
dan kualitas nutrisi pakan dapat terlihat dari body condition Score (BCS), semakin rendah jumlah dan kualitas pakan
sejalan dengan semakin rendah pula BCS ternak. Perlu diperhitungkan
keseimbangan nutrisi, baik energi, protein, mineral, vitamin dan lain-lain, yang paling utama
adalah kecukupan energi dan protein. Jika kecukupan nutrisi pakan tidak
terpenuhi maka akan menghambat produksi kerbau, bisa berakibat terhadap calving interval yang lebih panjang,
sehingga penghasilan yang diharapkan tidak terpenuhi. Kekurangan pakan juga
akan mengakibatkan mudahnya agen penyakit masuk ke dalam tubuh ternak yang bisa
berakibat fatal seperti lumpuh atau bahkan kematian ternak, kejadian ini tentu
sangat merugikan bagi peternak. Kalaupun
induk dengan BCS 1 sampai 2 bisa melahirkan anak, tentu kebutuhan nutrisi untuk
anak dari induk kerbau kekurangan. Hal ini bisa berakibat lambatnya pertumbuhan
anak kerbau, yang berakibat memperpanjang masa usia penjualan. Sehingga bisa
terhalangnya usaha budidaya kerbau sebagai sumber utama penghasilan. BCS ternak
yang baik dijadikan induk kerbau antara 3-4 dengan skala 1-5.
C. Status Reproduksi
Sebelum membeli indukan kerbau terlebih
dahulu peternak harus mengetahui status reproduksi kerbau. Oleh karena itu
perlu pemeriksaan status reproduksi. Agar tidak memelihara kerbau yang tidak
produktif atau majir. Pemeriksaan dilakukan pada kerbau-kerbau yang akan
dibeli, kerbau yang akan dijadikan induk diseleksi terlebih dahulu. Bagi
peternak mungkin agak sulit kalau melakukan pemeriksaan dengan palpasi rektal.
Bagi peternak, yang dapat dilakukan adalah mengetahui sejarah ternak, apakah
ternak pernah beranak atau tidak, jika belum pernah beranak harus diketahui
penyebabnya. Jika ternak pernah beranak kemungkinan ternak tersebut produktif,
walaupun tidak 100 % menjamin karena bisa saja terjadi kerusakan alat reproduksi
setelah melahirkan. Minimal ada satu indikasi bahwa ternak tersebut pernah
produktif. Atau membeli kerbau bunting, Alangkah lebih baik jika ternak yang
dibeli kerbau bunting, kerbau bunting sudah barang tentu produktif. Membeli
ternak bunting dapat memperpendek waktu penerimaan hasil dari budidaya.
Apabila ternak yang dibeli tidak bunting tentu
harus diketahui status reproduksinya. Apakah alat reproduksinya kondisinya
normal atau tidak. Jika yang dibeli
ternak dara atau baru dewasa tubuh atau ternak kerbau induk dewasa yang tidak
bunting, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan alat reproduksi oleh petugas yang
sudah terampil atau petugas ATR, sehingga ternak yang dibeli bisa diketahui status
reproduksinya normal (produktif) atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Balitnak (2016) Pengaruh pemberian leguminosa terhadap
penampilan hormon progesteron
pada
domba betina. Bogor
Leng, R.A. (1991) Application of Biotechnology to Nutritionof
Animal in Developing
Countries. Rome.
Animal Production and Health Paper. FAO.
Soehadji, H. (1991) Kebijakan Pengembangan ternak potong di
Indonesia. Proc. Seminar
Nasional Sapi Bali
TIPOLOGI USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN LEBAK BERDASARKAN PEROLEHAN PENDAPATAN
TIPOLOGI USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN LEBAK
BERDASARKAN PEROLEHAN PENDAPATAN PETERNAK
Oleh : Jamaluddin ZA, S.Pt.
Pendapatan peternak adalah seluruh pengahsilan yang diperoleh
oleh peternak dari usaha ternaknya dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari
suatu kegiatan usaha ternak tergantung dari beberapa faktor yang mempegaruhinya
yaitu populasi ternak yang dipelihara, biaya pakan, tingkat produksi ternak dan
efisiensi tenaga kerja.
Tipologi usaha peternakan berdasarkan perolehan pendapatan di
Kabupaten Lebak terdapat beberapa jenis
yaitu paroan, Upahan dan mandiri. Tipologi ini
telah terbentuk sejak lama atas inisiatif dari masyarakat peternak di
Kabupaten Lebak saat itu. Tipologi ini masih berjalan sampai saat ini.
Terbentuknya tipologi berdasarkan perolehan pendapatan salah satunya akibat
dari kepemilikan modal. Peternak yang tidak memiliki modal akan memilih
mendapatkan penghasilan dari usaha peternakan dengan paroan atau upahan,
sedangkan peternak yang memiliki modal akan memilih usaha peternakan mandiri. Berikut
ini tipologi usaha peternakan di Kabupaten Lebak berdasarkan perolehan pendapatan
:
1.
Paroan
Paroan adalah sistim pembagian hasil
yang mana pemilik ternak memberikan ternaknya kepada pemelihara kemudian
hasilnya dibagi dua. Pola ini yang paling banyak dilakukan pada peternak kerbau
di Kabupaten Lebak. Pembagian hasil bisa berupa anak kerbau. Anak lahir pertama
biasanya untuk pemelihara dan anak kedua untuk pemilik ternak dan seterusnya
bergantian anatara pemelihara dan pemilik. Jika anaknya cuma satu ekor, anak
dari ternak akan dijual dan nilai uangnya dibagi dua. Jika kesepakatan paroan
berakhir maka induk akan dikembalikan kepada pemiliknya. Apabila ternak sakit
maka yang bertanggungjawab untuk mebayar biaya pengobatan adalah pemilik. Jika
ternak dalam keadaan sakit maka pemelihara akan melaporkan kejadian tersebut
kepada pemilik, pemilik yang akan menentukan tindakan yang akan dilakukan,
apakah dilakukan pengobatan atau ternak disembelih. Kesepakatan biasanya hanya lewat lisan tanpa
ada kesepakatan dalam bentuk tertulis, rasa saling percaya memegang aturan
tidak tertulis yang menjadi patokan. Aturan tidak tertulis paroan sudah
berlangsung lama dan menjadi aturan yang ditaati oleh kedua belah pihak baik
pemilik maupun pemelihara.
Pola ini sekitar 70% diterapkan di Kabupaten Lebak. Biasanya
ternak yang akan dipelihara adalah ternak yang sudah siap bunting atau dewasa
tubuh. Hal ini dimaksudkan agar memperoleh hasil berupa anak dengan cepat.
2.
Upahan
Upahan pada usaha ternak adalah merupakan bentuk pembayaran
yang dilakukan oleh pemilik ternak kepada pemelihara ternak dengan nilai yang
telah disepakati. Pemilik ternak membeli ternak kemudian diberikan kepada
pemelihara. Pemelihara akan mendapatkan upah dari pemilik ternak dengan harga
yang disepakati setiap bulan. Hasil yang diperoleh dari ternak yang dipelihara,
baik anak maupun pertambahan bobot badan seluruhnya menjadi hak pemilik ternak.
Peternak dengan tipologi upahan di Kabupaten Lebak sekitar 10
%. Ternak yang dipelihara bisa berupa jantan untuk dibesarkan kemudian setelah
besar dijual oleh pemiliknya, bisa juga berupa betina yang diharapkan
menghasilkan anak setelah ternaknya beranak dan layak untuk dijual baru jual
oleh pemiliknya. Jika sudah lepas sapih tidak diambil oleh pemilik ternak atau
terus dipelihara maka pemilik ternak harus membayar upah untuk ternak tersebut.
Biasanya perhitungan upah dihitung per ekor. Semakin banyak jumlah ternak
semakin banyak upah yang harus dibayarkan.
Apabila kerbau terkena penyakit, biaya pengobatan akan dibebankan kepada
pemilik ternak.
3.
Penghasilan tidak berbagi dengan orang lain (Mandiri)
Tipologi peternak seperti ini memiliki ternak kerbau sendiri
dan dipelihara sendiri sehingga hasil dari usaha ternaknya juga untuk
sendiri. Peternak memperoleh ternak
kerbau dari membeli ternak atau bisa juga peternak yang dulunya paroan dengan
orang lain setelah mendapatkan hasil dari paroan, ternak kerbau milik orang lain
yang dipelihara dikembalikan kepada pemiliknya, kemudian memelihara ternak yang
sudah menjadi haknya. Keleman dari tipologi peternak mandiri ini adalah
bertanggung jawab atas seluruh resiko dan biaya yang dibutuhkan dalam
pemeliharaan ternak baik biaya pakan maupun kesehatan ternak. Tipologi usaha peternak seperti di Kabupaten
Lebak tidak banyak sekitar 20 %.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, A. dan
Simanjuntak, D. (1997) Ternak Sapi Potong. Direktorat Jenderal
Peternakan.
Jakarta
Clapham, R. (1991) Pengusaha Kecil
dan Menengah di Asia Tenggara. Jakarta
Debraj, Ray
(1998) Devlopment Economic.
Princenton University Press.
Kotler, P.
A. (2001) Prinsip-prinsip Pemasaran.
Erlangga. Jakarta
PENANGANAN TERNAK SELAMA TRANSPORTASI DAN SESUDAH TRANSPORTASI
PENANGANAN TERNAK SELAMA TRANSPORTASI
DAN SESUDAH TRANSPORTASI
Oleh : Jamaluddin ZA,
S.Pt (Kasi Budidaya Peternakan Dinas Peternakan Kab. Lebak)
Membawa ternak penuh dengan resiko
jika pengemudi tidak mengerti cara penanganannya. Resiko yang sering terjadi
seperti patah tulang, lumpuh dan resiko terburuk yang sering terjadi adalah
kematian ternak sewaktu masih diperjalanan. Apabila resiko tersebut terjadi
tentu akan merugikan bagi pemilik ternak. Kejadian yang sama juga bisa terjadi setelah
tiba di lokasi pengiriman ternak, jika tidak mengetahui cara penangananya. Berikut ini penanganan ternak selama
perjalanan atau setelah tiba di lokasi tujuan.
A. Penanganan Ternak Selama Transportasi
Saat membawa ternak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar ternak yang dibawa aman sentosa sampai tempat tujuan. Hal-hal yang peru
diperhatikan adalah keadaan ternak dan kondisi kenderaan serta pengemudinya.
A.1. Kondisi Ternak
Sebelum
membawa ternak terlebih dahulu diperhatiakan kondisi ternak. Hal-hal yang perlu
dilakukan adalah cek fisik ternak, pemeriksaan yang dialakukan antara lain melihat
performa seluruh tubuh, pemeriksaan mata, mulut, anus, kecacatan, suhu tubuh
dan lain-lain. Kemudian pemeriksaan Laboratorium, hal ini bertujuan agar mengetahui
apakah ternak memiliki penyakit bawaan. Pemeriksaan laboratorium biasanya dengan
pengambilan darah ternak, bisa berupa ulas darah atau pengambilan sampel darah.
Tujuan utama dari pemeriksaan kesehatan ini adalah untuk menghindari penularan
penyakit ke lokasi yang baru. Apabila
dinyatakan positif sakit, sebaiknya ternak tidak dibawa karena berakibat akan
memperburuk kondisi ternak tersebut dan beresiko menularkan penyakit terhadap
ternak yang lain.
Banyak
situasi di perjalanan yang membuat ternak stress, oleh karena itu ternak yang
bibawa diperjalanan harus menjadi perhatian pengemudi. Sebaiknya dalam membawa
ternak harus memakai supir yang berpengalaman dan yang tidak kalah penting
adalah kondektur untu memonitor keadaan ternak setiap saat. Jika yang dibawa sapi atau kerbau, kondektur
sebaiknya menjaga ternak di bak kenderaan. Tujuanya agar lebih mudah memonitor
keadan sapi atau kerbau di dalam kenderaan. Sapi/kerbau pada saat di dalam kenderaan
harus tetap berdiri, jika kerbau atau sapi dalam posisi duduk bisa
terinjak-injak oleh sapi/kerbau yang lain. Hal ini bisa mengakibatkan
sapi/kerbau lumpuh atau mati. oleh
karena itu kondektur harus memastikan semua kerbau/sapi di dalam kenderaan
dalam posisi berdiri.
A.2. Kondisi Kenderaan
Kondisi
kenderaan yang akan membawa ternak harus menjadi perhatian, Kenderaan yang
mengangkut ternak kondisinya harus baik, agar selama perjalanan tidak menemukan
kendala akibat kerusakan kenderaan. Bak
mobil harus didesain sebaik mungkin, senyaman mungkin dan membuat ternak tidak
bisa keluar dari bak. Lantai kenderaan
tidak boleh licin dan berlubang karena dapat mengakibatkan ternak mudah jatuh
yang bisa beresiko patah kaki, terinjak-injak ternak lain dan lumpuh bahkan
mati. Lantai kenderaan harus diberikan
alas bisa berupa sekam, jerami atau serbuk gergaji.
Sebelum
diangkut terlebih dahulu dilakukan pemberian vitamin. Bagi ternak sapi atau
kerbau yang akan dinaikkan ke dalam kenderaan sebaiknya terlebih dahulu
menyediakan tempat menaikkan (loading)
ternak ke dalam kenderaan. Posisi ujung loading
sejajar degan bak truk dan berbentuk miring ke belakang agar memudahkan
ternak dinaikkan keatas truk. Kemudian Pakan
dan minum harus disiapkan sesuai kebutuhan selama perjalanan. Pemberian pakan
dan minum bisa dilakukan disaat kenderaan istirahat. Pakan yang disiapkan adalah
pakan yang tidak cepat busuk dan cukup selama perjalanan.
Jumlah
ternak yang akan dibawa harus sesuai dengan kapasitas tampung, tidak boleh memaksakan
ternak yang lebih banyak karena akan berakibat terhadap seluruh ternak yang ada
dalam kenderaan. Selama ternak dalam perjalanan pengemudi dan kondektur harus
memperhatikan kesejahteraan hewan (kesrawan), perlakuan ini agar tidak menambah
stress pada ternak selama perjalanan.
Sebelum
mengangkut ternak, terlebih dahulu disiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan,
agar tidak ada gangguan dalam perjalanan akibat ketidak lengkapan dokumen administrasi.
Dokumen yang harus dipersiapkan adalah surat jalan ternak dan surat keterangan
kesehatan hewan (SKKH). Jika pengiriman ke luar pulau harus menyiapkan dokumen dari
karantina hewan. Jika pengiriman melalui
laut karantina biasanya berada di Pelabuhan sedangkan jika ternak dibawa lewat
udara karantina berada di bandara.
Beberapa hari sebelum keberangkatan, dokumen karantina harus diurus
terlebih dahulu, biasanya 2 minggu sebelum berangkat. karena pihak karantina
akan memonitor ternak yang akan di kirim. Data-data yang harus dilengkapi adalah hasil
laboratorium tentang keterangan bebas penyakit tertentu. Laboratorium yang
mengeluarkan hasil pemeriksaan penyakit harus laboratorium yang
berkompeten. Kemudian sertifikat
kesehatan hewan yang diterbitkan oleh dokter hewan karantina, dokumen tentang
surat rekomendasi pemasukan dari daerah tujuan dan surat rekomendasi
pengeluaran dari daerah asal ternak. Biasanya yang mengeluarkan surat
keterangan tersebut adalah Dinas yang membidangi peternakan. Kemudian surat
izin pemasukan hewan dan surat izin pengeluaran hewan dari Dinas Penanaman
Modal dan Perizinan Terpadu. Seluruh dokumen ini dilaporkan dan diserahkan
kepada petugas karantina.
Posisi ternak saat dibawa jarak jauh
lebih dari 12 jam diupayakan posisi ternak berdiri, namun jika perjalanan jarak
dekat untuk ternak domba/kambing lebih baik posisi duduk, kondisi ini selain
memberikan kenyamanan pada ternak juga menghindari ternak terjatuh. Posisi
duduk untuk ternak domba/kambing bisa membuat bak kenderaan menjadi dua tingkat,
dengan begitu bisa menambah jumlah ternak yang akan dibawa.
B. Penanganan Setelah transportasi
Saat
ternak sampai di lokasi tujuan perlu dipersiapkan tempat penurunan ternak (loading) untuk menghindari resiko kecelakaan
pada ternak saat diturunkan dari kenderaan. Ketika menurunkan ternak harus
dipastikan bak truk menempel rapat pada loading,
tujuanya untuk menghindari kaki ternak masuk terperosok ke daam luabng akibat
jarak bak truk dengan loading yang tidak rapat.
Hal ini sering terjadi terutama terhadap ruminansia besar yang
mengakibatkan patah kaki.
Selama
perjalanan ternak mengalami dehidrasi akibat panas dan stress perjalanan.
Kondisi pada saat baru datang kelihatanya ternak masih lemah. Kondisi ini harus
segera dipulihkan. Ternak yang baru
sampai dari perjalanan terlebih dahulu di cek kesehatanya. kemudian
diistirahatkan sekitar setengah jam, kemudian baru diberikan air minum yang
sudah dicampur dengan gula agar tenaganya pulih kembali. Ternak yang baru
datang membutuhkan waktu adaptasi di tempat yang baru, baik lingkungan maupun
pakannya. Ternak yang baru datang harus dikarantina selama 2 minggu. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi penularan penyakit bawaan dari ternak yang baru
datang. Kandang karantina untuk ternak
yang baru harus sudah tersedia. Kandang
yang akan ditempati dalam keadaan bersih dan kering. Sebaiknya beberapa hari
sebelum datang ternak, kandang sudah didesinfeksi agar ternak yang baru datang
tidak terjangkit penyakit akibat kondisi kandang yang tidak sehat.
Biasanya
ternak yang dibawa dari jarak jauh sering mengalami sakit mata, pada kambing
dan domba sering terjadi penyakit orf. Sakit mata selama perjalanan kemungkinan
disebabkan oleh banyaknya urin yang menumpuk di bak kenderaan pengangkut
ternak. Sehingga gas amoniak dari urin ada yang mengenai mata. Bisa juga akibat agin dan debu yang mengenai
mata selama perjalanan. Penanganan sakit mata yang dilakukan selama ini dengan
memberikan obat mata kepada ternak yang terkena gejala sakit mata, sedangkan
penyakit orf pada domba atau kambing biasanya ditangani dengan melakukan auto immun.
Semoga
dengan adanya informasi ini dapat bermanfaat bagi peternak dalam menangani
ternaknya dengan baik ketika mengangkut ternak dan setelah tiba pada tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Karantina
Pertanian Kementerian Pertanian RI
Subscribe to:
Posts (Atom)